Surabaya menjadi Kota ke 2 yang dirambah oleh Ayam Goreng Nelongso setelah menguasai Kota Malang. 2 Kota yang berdekatan dengan kultur masing-masing yang cukup kental. Malang sebagai kota wisata dan pendidikan, Surabaya sebagai kota metropolis dan kota bisnis.
.
Meskipun berdekatan, Malang dan Surabaya tidak bisa dipukul rata. Saat itu, jelang ekspansi Ayam Goreng Nelongso ke Surabaya, ada sebuah tantangan kecil yang menggelitik. Apakah Ayam Goreng Nelongso akan survive dan eksis dengan cepat seperti di Malang? Guyonannya sih sederhana, bisa nggak ya kita ngijon konsumen di Surabaya?
.
Aaah, ngijon, istilah berkonotasi negatif, familiar di desa desa, terutama yang penyangga ekonominya dari pertanian. Namun dalam konteks ini, ya sedikit banyak ada relevansinya juga. Ngijon mah maunya modal dikit baliknya banyak, aliran hukum ekonomi yang kita peroleh di bangku sekolah, dengan modal sekecil-kecilnya untuk menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Semacam tokoh Mail dalam serial animasi Upin Ipin produksi negeri jiran Malaysia.
.
Kalau di pemasaran bisnis kuliner, memang bagaimana ngijon nya? Apalagi ini konteksnya ngijon konsumen. Mana bisa? Mana ada?
.
Menarik yang dilakukan oleh Ayam Goreng Nelongso. Beberapa bulan sebelum outlet dibuka, akun media sosial sudah dibuat terlebih dulu. Akun Ayam Goreng Nelongso di kota yang akan dituju. Ngapain? Hmmmmm, banyak yang bisa dilakukan, mulai dari interaksi hingga menjaring prospek dan preferensi.
.
Tebak-tebakan jadi andalan. Misalnya pertanyaan receh : Kalau Ayam Goreng Nelongso buka di Surabaya, kira-kira, ada saran perlu buka di daerah mana? Hmmmmm…., Netijen yang punya banyak waktu luang dan kemurahan hati, akan lekas melakukan interaksi, dan tugas kita terus manasi agar interaksi terus menyala berapi-api 😘😘😘
.
Ada cara lain? Tentu saja, jurus remeh temeh giveaways jadi andalan. Prinsipnya : Netijen tidak terlalu melihat besaran atau nominal dari hadiah yang diimingkan saat giveways, di mata netijen, pertanyaannya lebih dasar : emang kalau mau ikutan, dapat apaan?
.
Wow! Gratis menu bisa masuk kriteria, voucher belanja bisa jadi pemikat, merchandise bisa jadi umpan yang brilian, meski di kota tersebut outletnya belum ada.
.
Kuncinya, kolam perlu mulai dibangun, data prospek perlu dijaring, interaksi mulai ditelateni, dan buzz mulai terjadi. Tenang aja, kita tidak menyasar seluruh penghuni kota, yang kita sasar adalah segmen market kita. Seperti tayangan Monster Catch atau Extreme Fishing di TV Kabel, tugas kita adalah menangkap-ikan, dan memberikan tag atau menandainya, jadi kita bisa melacak dan merekam perilakunya, untuk kemudian memprediksi dan mengarahkan berbagai hal terkait tangkapan kita.
.
Jadi, ngijon konsumen ke mana lagi kita? Ada 600 lebih Kota/Kabupaten di Indonesia. Ayo kolaborasi, kita tandemkan kompetensi. Marketing adalah garapan Kami.
.
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Keren !