Rame ya Mbak usahanya, keren lho ini. Sudah jalan berapa lama usahanya Mbak? Saya kalau nanya memang nyeletuk saja, karena munculnya jawab yang mencerahkan tentu dipicu oleh sebaris tanya yang relevan. Ternyata bisnisnya sudah berjalan selama 9 tahun, sebuah perjalanan panjang penuh peluh, tanpa mengeluh, parah berdarah darah, menguras duka dan airmata.

.

Ressilient, adalah kata kuncinya, naluri insting primitif dari pelaku bisnis UKM. Membal dalam bahasa Indonesia, ulet, banyak akal untuk survival, meski seringkali kondisi tidak ideal. Kalau bicara ketahanan, LaperPreneur kayaknya nggak usah diajari, mekanisme bertahan hidupnya sudah terbukti dan teruji, kuat bertahan, hebat melawan, tapi kalau bicara perihal pertumbuhan, sebentar, beda judul beda naskah, beda cerita beda skenario.

.

Salah satu kelemahan fundamental dari LaperPreneur adalah tidak memiliki data konsumen. Pentingkah? Yang 9 tahun tadi Saya tanya, berapa data konsumen yang dimiliki? Apakah ada? Ya! Ada sekitar 80 an data konsumen. Hmm…., Saya penasaran, Saya tanya, darimana bisa jawab bahwa punya 80 an data konsumen? Ternyata itu data kontak yang ada di WA CS nya, dimana reservasi dan big order biasa diproses dan dicatat disana. 9 tahun dengan 80 an data konsumen? Lumayan, maksudnya lumayan sedikit data konsumen yang dimiliki.

.

Itu masih mending sih, karena data konsumennya memang benar-benar berupa data. Dalam banyak kasus yang ditemui, data konsumen ini tak lebih dari lembaran dan serpihan mushaf, dari daftar hadir, atau kertas-kertas bertumpuk yang berdebu di gudang penyimpanan, duh…..

.

Data konsumen adalah hal penting yang tidak hanya perlu dipahami, namun perlu diperjuangkan. Outlet boleh tiba-tiba roboh dan hanyut, tapi selama ada data konsumen, maka recovery dan reinforcement dapat dilakukan dengan cepat. Ah, Sam Faizal bercanda, mana ada outlet yang berdiri tegak dan kokoh kok dibilang bisa roboh dan hanyut? Coba bilang hal itu pada saudara-saudara kita di Palu, pasca bencana gempa, tsunami, dan liquifaksi, apakah itu mungkin terjadi? Mereka akan menjawab : dalam sekejap mata.

.

Salah satu klien iMARKS di Palu, dengan brand Radja Penyet Mas Fais adalah contoh sederhana yang mudah dipahami. Sebelum gempa? 5 outlet berdiri gagah dengan hasil melimpah, kemudian negara api menyerang, eh, maksudnya terjadi bencana gempa, tsunami, dan liquifaksi, dari 5 hanya menyisakan 1 outlet. Bisa dibayangkan?

.

Memiliki data konsumen adalah salah satu elemen penting pemulihan dan kebangkitan kembali Radja Penyet Mas Fais. Alhamdulillah, atas izin Allah dan ikhtiar luar biasa dari tim Radja Penyet Mas Fais, beberapa bulan pasca gempa, mereka mampu bangkit kembali dan mencatatkan 5 outlet kembali buka, bahkan mematangkan rencana ekspansi ke kota lain di Sulawesi.

.

Di Tangerang juga tidak jauh beda, sebuah meeting singkat dengan jajaran manajemen Djajan Seafood, mensepakati sebuah misi seru, bagaimana caranya mendapat 1.000 data konsumen dalam waktu kurang dari sepekan? Tekanan kabarnya memicu akal dan kepintaran dalam mengolah berbagai kemungkinan. Kombinasi dari program kreatif, partnership dengan media online paling berpengaruh di Tangerang, dan eksekusi disiplin dari Tim, mampu menjaring lebih dari 1.200 data konsumen dalam waktu 5 hari saja. Ingat, yang didapat adalah data konsumen ya, nama dan kontak, sehingga dapat lebih dalam diidentifikasi dan dianalisis profil serta preferensinya.

.

Jangan puas hanya dapat statemen : Pak itu atau Bu itu, Mas Anu dan Mbak Nganu adalah pelanggan kita, yang dilaporkan sering beli oleh petugas di outlet atau personil kasir kita, namun kita nggak pernah tahu namanya siapa, nomor kontaknya berapa, boro-boro mau tahu perilaku belanjanya dan besaran basket size nya, hla wong kenal aja enggak. Duh……

.

Jadi, sudah berapa lama bisnisnya berjalan? Dan berapa jumlah data konsumennya?

.

.

Salam Pertumbuhan!

Faizal Alfa

PT Fortuna iMARKS Trans

Marketing Development Partner

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Go Top