Boleh kasih voucher, tapi gak boleh menambah alokasi anggaran marketing.

.

Semacam utopia ya, khayalan di kahyangan, bagai mimpi di siang bolong.

.

Namun, pantang kita pesimis, tidak ada manfaat kalau cuma mengeluh dan ngedumel. Di zaman seperti saat ini, yang diperlukan ya opsi dan solusi. Maka, eksperimennya dimulai di SayapGrak sebagai laboratorium dinamis, dari aneka strategi dan metode pemasaran yang diterapkan oleh iMARKS di klien-klien kulinernya.

.

Menjual produk berbasis ayam, tentunya ada sebuah tantangan luar biasa kalau cuma mengandalkan produk berbasis nasi lauk ayam belaka. Harganya ketebak, HPP-nya bikin migrain, dan mau ngangkat harga jual tentu menemui tantangan dari sisi kompetisi. Putar akal putar otak, putar jurus ambil kuda-kuda.

.

Kembali ke bab diskon, pada akhirnya ide untuk menggunakan voucher dalam skema promosi, menjadi menarik untuk digunakan. Program voucher ini berbasis pada strategi ke 3 dalam 5 proven ways to increase profitnya Om Brad Sugars : Meningkatkan Frekuensi Pembelian Konsumen ke outlet kita. Pemikatnya? Voucher diskon yang dapat digunakan untuk belanja produk tertentu.

.

Logika sederhana tentu mudah mencerna. Jika konsumen saat ini membeli produk kita dua pekan sekali, saat kita melakukan stimulus agar mereka meningkatkan frekuensi pembelian menjadi sepekan sekali, maka tanpa upaya yang berlebihan, ada potensi peningkatan omzet hingga dua kali lipat. Tugas kita adalah, menyiapkan, alasan tambahan apa yang dapat membuat konsumen meningkatkan frekuensi pembelian produk ke outlet kita, menjadi 2x lipat.

.

Maka, berikan alasan tambahan yang cukup kuat untuk membuat konsumen menyegerakan untuk beli lagi. Bayangkan Anda membeli Paket Perang Grak di SayapGrak outlet mana saja, dan setelah belanja, Anda mendapatkan voucher potongan harga Rp 5.000 pembelian Paket Rice Bowl Grak! yang dapat digunakan hingga periode sepekan ke depan, hmmm…, lumayan buat penghematan. Bagaimana jika ternyata kita tidak sempat menggunakan voucher tersebut? Ternyata muncul perilaku dari konsumen, yakni mengoper voucher tersebut kepada saudara atau temannya, karena sayang apabila voucher tersebut tidak tergunakan.

.

Menarik ternyata efeknya, yang awalnya menyasar peningkatan frekuensi pembelian, ternyata berkembang menjadi penambahan jumlah prospek yang dijangkau oleh penawaran produk kita, dan serunya, proses ini dengan dibantu secara sukarela oleh konsumen kita, mukai terasa keseruannya?

.

Memang, ada syarat dasar agar ini dapat dilakukan, Saya mencatat paling tidak ada 3 hal penting yang jadi unsur :

.

1. Produk yang memang dari awal di setting sebagai : margin-generator, sehingga dari awal dibuat, sudah dihitung dan dikemas sedemikian rupa agar longgar marginnya, sehingga meski terdampak potongan voucher sekalipun, produk tidak sampai merugi atau impas, tetap ada margin meski tipis.

.

2. Voucher diskon dengan besaran yang cukup menarik minat dari konsumen, sehingga merasa “rugi” jika tidak menggunakan, atau “sayang” jika melewatkan kesempatan. Hal ini tentu terkait dari value produk yang melekat pada diskon, value produk perlu tinggi dan biasanya produk yang di paket atau di combo, sehingga hematnya semakin terasa

.

3. Disiplin dalam aktivasi, distribusi, penanganan, dan pemantauan efek. Percuma dirancang serius kalau dalam eksekusinya mbladus alias angin anginan, hangat hangat tahi lalat. 😘. Disiplin mutlak dikawal dalam eksekusi, bukan sekedar di selip selip in sesempatnya. Disiplin berbeda prinsip dengan diselipin

.

Sudah pernah dapat voucher SayapGrak? Belum? Cek IG nya, kalau Anda DM ke inboxnya, coba minta voucher, niscaya Anda akan mendapatkan kiriman voucher digital alias e-Voucher. Lumayan canggih? Enggak juga sih, jangan-jangan kita aja yang mainnya kurang jauh, sehingga kena sindrom MKMH alias Mudah Kaget Mudah Heran.

.

Salam Pertumbuhan!

Faizal Alfa

PT Fortuna iMARKS Trans

Marketing Development Partner

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Go Top