O = Orang
FA = Faizal Alfa
O
Sam, nanya
Kenapa di awal membahas mengenai marketing, bicaranya tentang target dulu?
FA
Mau jawaban pendek apa jawaban panjang?
O
Jawaban panjang deh
FA
Oke,
Target membuat Kita fokus, apa yang dituju dan maunya apa. Tujuan menentukan upaya.
O
Jawaban pendek?
FA
Baik,
Target menjadi penting dan utama dalam sebuah pembahasan mengenai pemasaran, karena dia menjadi sebuah titik kesepakatan, menjadi pembatas atas semesta.
Suatu kesempatan, Saya meeting dengan salah satu pimpinan PT Telkom Indonesia, di salah satu kantor di wilayah Jakarta Barat. Kebetulan Saya semobil dengan beliau, mobil SUV Sport yang hanya beberapa gelintir orang di Indonesia yang punya dan pakai. Ada beberapa wawasan yang Saya peroleh dalam perjalanan, tentu menjadi bekal bagus untuk pelengkap presentasi yang sudah Tim persiapkan.
Saat sesi presentasi, pengantar dari Sang Pimpinan, menyampaikan 3 hal penting yang Saya garisbawahi, yakni, target yang mau dicapai, pesan apa yang Telkom coba sampaikan, dan lingkup yang ditentukan. Menurut Saya ini menarik, karena kalau dibawa ke bidang keilmuan, inilah yang disebut marketing communication.
Apa yang mau dicapai? Merupakan pembahasan mengenai target marketing. Pesan apa yang Telkom coba sampaikan? Merupakan ranah mengenai target komunikasi. Kemudian ada lingkup yang ditentukan? Nah, ini batasan semestanya, karena disitu dimuat tiga poin penting : Scope of Work atau lingkup pekerjaan, Project Period atau periode pelaksanaan, dan Range of Budget atau kisaran anggaran. So simple, so clear!
Saya didapuk memberi pemaparan hari itu, namun hakikatnya, Saya yang mendapat pelajaran berharga kemudian. Alhamdulillah, perlu disyukuri, Saya merasa, Saya dikaruniai kelebihan sebagai pembelajar cepat, dan penyampai ulang yang hebat, maka Saya eksploitasi betul kemampuan itu. Memahami yang rumit, dan menyampaikan ulang secara legit.
Jadi, apakah target penting? Jawabannya? Banget, gak ada obat!
Sering Saya berada dalam situasi, di tingkat UMKM, Founder atau owner bicara timur ke barat, selatan ke utara, tentang cita-cita, harapan, dan impiannya, namun kadang lupa, untuk menyusunnya dalam anak tangga, atau deretan angka.
Masih SD, tapi sudah ke bablas membahas diskusi tugas anak kuliahan. Tentu, Saya dengan segala keterbatasan dan keterpaksaan, mencoba dan mampu mengikuti, namun, sekilas Saya lirik tim dan pasukan yang diajak ikutan meeting, ekspresinya gak jauh dari 3D : denger, dlongop, dlahom. Kedap kedip sepet, salah server!
Maka jika serius, tuangkan apa yang tadi greget, dalam target. Supaya impian jadi jelas semestanya, gampang proyeksi dan penghitungannya.
A. Target Capaian Apa? -> Target Marketing
B. Target Pesan Tersampaikan Apa? – Target Komunikasi
C. Target Aksi Tindakan Apa? -> Strategi & Cara
D. Target Waktu Dalam Periode Berapa Lama? -> Rentang Waktu Pantau Dan Evaluasi
E. Alokasi Anggaran Berapa? -> Sumberdaya Yang Diperlukan Dalam Upaya Pencapaian
Pembicaraan ini kemudian Saya jadikan acuan dan dasar di fase awal berdiskusi dengan prospek atau calon klien. Anggap saja sebagai fase assessment, seleksi tipis-tipis. Bukan sekedar sombong, sok sok an Kami terima klien tersebut atau tidak, namun justru menjadi sistem internal Kami, untuk secara mantap menjawab bahwa apakah Kami memang memiliki kompetensi dan kualifikasi menjadi partner yang tepat, dalam program pemasaran mereka.
Jadi kalau ada yang ngeluh, waduh, periode ini kita gagal dalam pencapaian!
Saya pegang pundaknya, Saya elus sejenak, lalu Saya dekatkan bibir Saya ke telinganya, kemudian Saya bisikkan mesra : \”Emang Punya Target?\”