Sam Faizal, izin menelepon. Bisa jam berapa? Kira-kira begitulah isi pesan chat dari HRD salah satu klien. Momennya ketika tanggap darurat pandemi sedang terjadi.
Beberapa menit kemudian sambungan telepon berlangsung, dan beberapa poin diskusi dibahas dengan jelas.
Inti pembicaraan adalah, terkait dengan situasi pandemi, dan dampak terhadap usaha, maka, pimpinan meminta pendapat, untuk melakukan pengurangan jumlah tim marketing, sebagai penyesuaian agar meringankan beban yang perlu ditanggung oleh perusahaan. Konteks ini dibahas, saat sedang penerapan PPKM di Indonesia.
Rasionalisasinya, dalam kondisi aktual, tim operasional juga jumlahnya sedang dikurangi secara besar-besaran. Hal ini dilakukan, karena bisnis yang dijalankan adalah bisnis berbasis restoran, dengan jumlah ratusan kursi disediakan, dan kebijakan pemerintah, dine-in tidak diperbolehkan. Kebayang kan dampak langsungnya?
Saya cerna seksama dalam empat analisis, yakni : situasi, persoalan, keputusan, dan risiko potensialnya.
Dikutip dari unggahan di akun instagram IG @alfafaizal
Ada beberapa yang dapat digarisbawahi kemudian, yang tentu saja mendasari lahirnya judul tulisan ini, yakni simalakama Tim Marketing. Ada aspek-aspek menarik yang perlu ditelaah kemudian, selamat menikmati sajiannya.
Tim marketing ini, jumlahnya tidak sama secara akumulatif dengan tim operasional. Dalam studi kasus yang Saya temui saat ini, tim operasional berjumlah lebih dari 40 orang, sedangkan tim marketing, hanya berjumlah 4 orang. Proporsinya, adalah 1 banding 10, sangat signifikan.
2.
Tim operasional, secara jumlah dikurangi, karena secara beban pekerjaan, jauh berkurang, karena konsumen dilarang dine in, sehingga, jumlah yang dilayani dan jenis layanannya, memang jauh berbeda. Masuk akal jika secara jumlah dikurangi. Ngapain juga menimbun orang, kalau tamunya nggak ada? Berbeda dengan Tim Marketing, yang notabene mau tamunya sedikit, sedang, banyak, beban dan lingkup pekerjaannya, ya segitu-segitu. Jadi saat Tim Operasional dikurangi jumlahnya separuh, dengan Tim Marketing juga dikurangi jumlahnya jadi separuh, sangat berbeda secara konteks dan penerapannya dalam praktek pekerjaan.
3.
Benar memang, jika Tim Marketing dikurangi jumlahnya, akan ada efisiensi beban disitu, namun, sebenarnya, jika ditelaah lebih dalam, akan ada kerugian kehilangan potensi, yang jauh lebih besar dibandingkan dengan efisiensi yang tercipta dari efisiensi biaya.
Setelah memahami situasi, kondisi, dan berbagai konteksnya, langsung saja, Saya rancang untuk kontakan sama owner langsung. Secara pola, di area head level, Saya memang terkenal yang lebih vokal dan berani dibanding head level lain, karena kan Saya head level cabutan, alias tidak terikat secara permanen, jadi lebih egaliter dan lebih tanpa beban kalau menyampaikan aspirasi pada owner.
Saya telepon dan sampaikan pada owner, bahwa justru di situasi krisis yang dipicu pandemi ini, sebaiknya justru amankan Tim Marketing. Saya buat sebuah analogi mudah bagi owner. Saya bilang, bahwa di masa pembatasan ini, anggap saja outlet Kita sedang tutup, dan sedang bersiap untuk dibanjiri oleh konsumen lagi saat nantinya pembatasan sudah dibuka.
Dalam konteks itu, Saya umpamakan seperti bulan puasa, dimana umat Islam menahan lapar dan dahaga, sebulan lamanya, untuk kemudian bersuka cita saat Idul Fitri tiba. Nah, memastikan ada banjir serbuan konsumen saat hari raya itu datang, adalah tugas tim marketing, yang menggarapnya selama periode puasa, agar berdampak maksimal saat lebaran.
Alhamdulillah, owner dapat menangkap esensi yang Saya sampaikan, dan Tim Marketing 100% dipertahankan, dengan pesan tambahan : Sip Sam Faizal Alfa, Saya paham maksudnya, mari Kita jalankan, Sam Faizal Alfa lebih paham caranya. Tolong dikawal.
Lalu, Tim Marketing Saya kumpulkan, Saya pandu, dan Saya ajak kerja, kerja, kerja.
Sambil ngeri ngeri sedap, menyimak keputusan keputusan pemerintah, mengarah kemana?
Tenang aja, Saya nggak mengeluh kok, Saya ikut, nurut, manut, apapun keputusan pemerintah, tanpa perlu mengucap : Bismillah, Komisaris.
Salam Pertumbuhan!
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Perusahaan Pemasaran Yang Membanggakan Kota Malang