Salah satu peserta IMC Publik bertanya : penting enggak sih beli follower?

Iya lur, beli followers. Beli.

Sejauh saya pernah menulis bulan lalu mengenai influencer yang ternyata mereka memberikan feedback melalui exposure (jumlah profile visit, engagement, follower dll). Dari situ lantas banyak brand kuliner yang menjadi peserta IMC Publik yang mulai berpikir untuk beli followers di media social.

Iseng saya tanya, alasan beli follower itu apa?

Banyak yang menjawab membangun akun dari nol itu lama, jadi pakai jalur pintas saja. Ada juga yang bilang biar terlihat kredibel sehingga followers bisa langsung banyak

Saya tanya balik “apakah followers ribuan palsu tersebut ajeg berinteraksi dan bisa jadi sales?”

Jika disoroti, dari banyak pengalaman saya dan tentunya pengalaman teman2 imarks ketika istirahat ingin membeli makanan, tidak follow akun bukan berarti bukan pembeli. Sebagai konsumen sebenarnya lebih menitik beratkan pada kualitas rasa.

Selain rasa makanan yang mengedepankan kualitas, sebenarnya kualitas konten juga harus diperhatikan. Disinilah perlu kualitas konten karena orang akan follow jika memang menunggu menu terbaik kita.

Justru mereka adalah follower berkualitas karena sudah pasti merekomendasikan konten dan produk kita ke teman-teman mereka. sales pasti akan berjalan

Namun berbeda jika jumlah followers yang fana. Seperti influencer menanamkan exposure, sebagai brand kuliner juga harus memperhatikan impressions (berapa kali konten dilihat), reah (berapa akun yang melihat), share (berapa banyak yang merekomendasikan), click/view profile (berapa yang tertarik mencari info lebih), komentar (positif / negatif agar menjadi masukan dan bisa meningkatkan kualitas).

Jadi, yang harus dipikirkan adalah kualitas produk dan pelayanan. Kualitas bagus konsumen puas, tentu feedback positif dan sales meningkat

We like to think quantity over quality

We like to think about numbers to impress, not numbers that matters

-@jonathanend-