Tanya : Sam, tau nggak?
Jawab : Enggak tau….
.
Tanya : Lha iya, kan memang belum dibilang pertanyaannya…..!
Jawab : Nah!
.
Di atas adalah contoh percakapan yang tidak jelas, namun kalau bicara unsur place atau tempat, dalam bisnis kuliner, kudu dipastikan jelas ya, lokasinya dimana secara alamat, dan kalau ada koordinatnya dipastikan akurat.
.
Milih tempat, juga banyak opsinya lho. Bisnis kuliner memang dapat dimulai darimana, tentu disesuaikan dengan modal tersedia. Ada yang dimulai dari rumah, supaya ringan biayanya. Ada yang sewa tempat dengan menggunakan gerobak. Ada yang sewa space di depan minimarket. Ada yang menggunakan ruang di foodcourt mall. Ada juga yang sewa ruko, sewa rumah, bahkan membangun sebuah kawasan dari nol untuk membuat konsep outletnya.
.
Bisnis kuliner tempatnya harus nyaman, bikin orang betah berlama-lama dan menikmati suasana. Ah, kata siapa? Ada lho bisnis kuliner yang tidak ingin konsumennya berlama-lama, kalau bisa prinsipnya : stop-eat-and-go! Datang, pesan, makan, syuh, lekaslah pergi, karena di belakang banyak yang ngantri. Mana yang benar? Ya benar semua, karena tentu saja mengacu pada konsep yang dijalankan, maunya bagaimana? Intinya, tegas dan jelas, jangan mbingungi.
.
Maunya orang dipersilakan berlama-lama, tapi ngedumel omzet kurang angkanya, orang disuruh bercepat-cepat, tapi menyajikan menu yang waiting time nya lama, hla maksudnya apa coba?
.
Konsep menjadi bagian pertama kalau bicara tempat dalam bisnis kuliner. Bagian kedua adalah bagaimana pola ekspansi yang dikembangkan kemudian setelah konsep ditentukan. Sahabat Saya di Jawa Tengah mengawal konsep rumah makannya nggak boleh di ruko, tapi wajib di rumah dengan spesifikasi luasan tertentu, kalau bisa rumah yang heritage dengan kisah sejarah, sedaaap! Tapi di sisi lain, sahabat di Malang memakai jurus lurus, setiap outletnya pasti dengan spesifikasi ruko dua lantai di tepi jalan besar dengan parkir yang sharing, nggak mau kalau space parkirnya di rantai rantai dan dibatasi. Mana yang benar? Tentu benar semua, karena konsepnya masing-masing berbeda. Yang salah itu yang ngaduk kopi pakai tangan kanan, karena itu jorok dan aneh, karena umumnya ngaduk kopi itu ya pakai sendok 😘😘
.
Kalau konsepnya di ruko, maka lokasi outlet cabang berikutnya ya di ruko juga, dengan spesifikasi yang ditentukan. Kalau di foodcourt, ya kemudian lakukan perburuan di foodcourt berikutnya, atau bisa juga foodcourt mall yang sama tapi di spot yang berbeda. Kurang greget? Ada sahabat di Surabaya yang lokasi kulinernya memilih secara spesifik di SPBU, nah kah, gimana kalau begitu?
.
Ngatur jalurnya bagaimana? Ini yang sedikit tricky! Kalau mau buka cabang, bisa saja dan bebas saja kalau mau buka di manapun, suka suka kamu, sesuai maksud hatimu, kalau bicara kota dan kabupaten di Indonesia, ada 600 an lebih lo, buanyak ya? Kebayang ya, enaknya bagaimana jalur ekspansinya hayo? Runtut apa acak? Per teritori atau sebar sesuka hati?
.
Best practice nya, pakai jurus obat nyamuk! Aiih, apa lagi itu? Saya dapat istilah ini dari owner Dea Bakery Bunda Mulyani Hadiwijaya yang boleh dibilang merupakan penguasa Jawa Timur untuk penyedia roti yang dapat diandalkan. Obat nyamuk maksudnya melingkar dan meluas ke luar. Berpusat di Kota Malang, Dea Bakery kini menyebar di kota sekitarnya, istilahnya apa, radial ya, memutar spiral meluas.
.
Apa tujuannya? Tentu menjaga dalam 3 aspek utama dalam bisnis, yakni secara marketing, secara operasional, secara finansial, agar terpantau dan terkontrol optimal. Supply chain juga jadi isu penting, karena ketersediaan dan konsistensi bahan baku yang merupakan kunci.
.
Aaah, jadi faham kenapa Nelongso menancapkan kuku di Jawa Timur, Djajan Seafood memperkuat pondasi di Tangerang, Radja Penyet Mas Fais kekeuh menguasai Palu, dan Roti Gembong Juanda utak atik Samarinda dan sekitarnya.
.
Buka langsung di banyak kota, secara acak, apa boleh? Ya boleh saja, tapi, di titik ini, jadi faham tantangan ekstranya. Hebat dan keren sih, ada di banyak kota, tapi apa maknanya kalau terengah engah dan tersengal-sengal dalam pengelolaannya? Banyak hal juga jadi kurang efisien.
.
Untuk penguasaan tempat dan teritori, se kota bisa di muat berapa outlet? Makanya kembali ke konsep, dan kemudian menakar market size. Untuk beberapa kuliner, membuka sampai 6 outlet di 1 kota, masih relevan, makanya konsep #RoadToSix relevan dikaitkan dengan hal ini.
.
Asal tidak kemrungsung, untuk buka dan buka tanpa data dan analisis, aman saja opening outlet demi outlet barunya dalam sebaran teritorial, agar nggak pusing gara-gara membagi kepala di lokasi yang berbeda. Jadi ngakak mengingat cerita salah satu klien yang mengakui hal ini, saat nekat buka di Jakarta, Jogja, dan Belitung secara bersamaan. Bukannya bisnis berlipat tiga secara produktifitas, adanya malah pusingnya menjadi berlipat tiga. Aiih, ada yang senyum-senyum membaca ini, jadi tahu ya sebaiknya pola ekspansi lokasinya ke depan bagaimana.
.
Asal jangan kekeuh biar tekor asal nyohor, karena yang menyoraki juga nggak akan mbantuin sama sekali kalau ketemu kemudian bisnis kuliner kita rugi 😘😘😘
.
Salam Pertumbuhan!
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Marketing Development Partner