Sam, Kita menyasar pelancong! Itu idenya. Kenapa? Karena produk yang kita sediakan itu produk kuliner yang unik, eksotik, beda dari yang biasa, dan memang khas daerah sini, khas pesisir. Idenya sederhana, logikanya masuk, nalarnya jernih dan dapat diikuti.

.

Segera saja ide dieksekusi, tujuan dicanangkan dan strategi dimatangkan, kemudian detail detail eksekusi dijalankan. Kalau tujuannya pelancong, maka kira-kira kemana titik titik aktivasi dijalankan? Jelas para travel agent, dan tentu saja titik titik lokasi wisata jadi sasaran segera.

.

Sebulan jalan, saatnya review dan evaluasi. Kita mancing dimana pakai umpan apa, dapatnya ikan apa? Meeting kembali digelar dengan tim pemasaran. Dalam kegiatan Marketing Development Program (MDP) yang digelar oleh iMARKS, memang sesi dilaksanakan di lokasi klien, sebulan sekali. Pembahasan berfokus pada marketing report bulan sebelumnya dan mematangkan marketing plan bulan berikutnya. Poin poinnya tentu 6 poin utama dalam titik pantau pemasaran yang nanti kita bahas juga.

.

Dalam pembahasan dan review, ternyata muncul hasil yang cukup mengejutkan! Ternyata dari pantauan parkiran, yakni kegiatan pencatatan plat nomor kendaraan yang masuk dan belanja di resto, terdata 82% plat nomor yang masuk, adalah nomor dalam kota. Apa artinya? Jelas! Asumsi bahwa konsumen yang menyambar produk kita adalah salah, alias tidak tervalidasi. Kok Saya jadi ingat prinsip : Pareto, dengan angka sakti 80 : 20 nya. Sontak saja, angka 82% ini memporak-porandakan aneka asumsi, target, dan strategi yang telah disusun sebelumnya. Nampaknya Kami perlu berdiskusi lagi, tentang siapa yang sebenarnya kita sasar, merujuk pada data yang sudah diperoleh. Jelas, bahwa sebulan ini, yang dilakukan adalah : Mengejar Hantu! Susah, serba ambigu, nggak jelas makhluk dan bentuknya, syeremm pula.

.

Di titik inilah LaperPreneur perlu mengalokasikan sumberdayanya, segenap waktu, pikiran, tenaga, dan biaya nya, untuk melakukan hal yang benar, yakni : Profiling! Seth Godin sekali waktu pernah merilis kutipannya : “Everyone is not Your Customer”, atau setiap orang bukanlah konsumenmu. Jika statemennya begitu, maka tentu pertanyaan berikutnya : Siapa sebenarnya konsumenmu? Hmm…, jadi ingat ilmu klasik mengenai : Segmenting, Targeting, dan Positioning kan?

.

Capek ngejar hantu, syeremnya juga bikin bulu kuduk merinding disko. Ngejar yang jelas-jelas aja yuk. Lanjut ke suasana meeting di pesisir, kemudian Kami identifikasi lebih teliti, profil konsumen aktual yang datang dan menyambar produk yang disediakan. Ternyata, valid memang, 82% adalah plat nomor dalam kota, dan ternyata plat nya tidak berwarna hitam, tapi berwarna merah, ya, plat merah!

.

Beruntungnya kami melakukan pendataan juga pada konsumen yang sudah beli, sehingga juga tetap dapat dijalin komunikasi. Menarik, karena ternyata ada 3 variabel besar yang muncul sebagai alasan pengambilan keputusan pembelian di resto klien, yakni :

1. Produk yang eksotik dan khas

2. Lokasi yang dekat

3. Ada meeting room

Nah, terjawab sudah, kenapa banyak plat merah yang nengok di belok? Karena ternyata segmen market yang kebutuhannya matching dengan yang disediakan resto adalah rombongan orang kantoran yang melakukan “office-getaway” dengan meeting sekaligus makan siang di resto.

.

Salah? Yes! Berbenah? Perlu! Dalam dunia bisnis, hal ini sah dan lumrah dilakukan. Ada yang menyebutnya pivot, beberapa menyebutnya re-pointing, intinya melakukan penyesuaian sesuai keadaan, adaptasi, kalau katanya Simon Sinek : coping-mechanism. Adanya ngerti benar itu, karena mengalami yang namanya salah, sehingga berikutnya jadi tahu kemana arah melangkah.

.

Dasarnya adalah : Profiling, menjadi solusi atas masalahnya siapa, memberikan pemenuhan atas kebutuhan siapa. Kalau tepat, dijamin selamat, kalau nyasar, sakitnya itu bikin ngilu Marimar!

.

Salam Pertumbuhan!

Faizal Alfa

PT Fortuna iMARKS Trans

Marketing Development Partner

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Go Top