Jumlah outlet tetap, dengan jumlah omzet naik, itulah prinsip dasar dari Pertumbuhan Vertikal. Kalau outletnya sudah 6 atau lebih, dapat diduga, bahwa LaperPreneur sudah mulai menguasai 1 kota, dengan 6 titik outlet yang beda lokasi. Pertanyaannya, apakah ke 6 outlet tersebut perform semua? Anggap perform semua, maka tentu ada ranking atau peringkatnya kan? Ada yang lebih tinggi omzetnya daripada yang lain. Lebih jauh, apakah masing-masing outlet memiliki produktifitas yang sama persis? Kenyataan lapangan, antara satu outlet dengan outlet yang lain mungkin beda luas, berdampak pada beda jumlah meja dan kursi, belum lagi karakter segmen market dan perilaku pembelian yang beda antara satu dengan lainnya.
.
Kalau outletnya belum 6, memang susah membayangkan, kalau outletnya kepingin menuju 6 maka akan mulai membayangkan, kalau pengennya cuman 1 outlet saja dan memang sudah berikrar : Tidak Buka Cabang Di Manapun, ya nggak apa-apa, barangkali setelah membaca ini ada hidayah terlimpah tercurah. Bagaimana pemilik kuliner mengidentifikasi dan mendorong pertumbuhan, maka indikator bernama : Pertumbuhan Vertikal ini adalah sebuah pemahaman fundamental.
.
Semua bermula dari target! Berapa target omzetnya? Untuk bisnis kuliner yang sudah bertahan berjalan, akan ada acuan yang dapat digunakan, yakni laporan pencapaian tahun lalu, dengan syarat : datanya ada ya, bukan ketika ditanya tentang hal itu, jawabnya malah : nganu.
.
Bisnis adalah pola, yang ditangkap dan diulang dengan peningkatan berkelanjutan. Berapa target yang perlu dicapai? Dan berapa tingkat pertumbuhan yang diharapkan? Dari satu meeting ke meeting yang lain, tentunya membahas dan merealisasikan hal ini. Tumbuh 10% apa tumbuh 20% atau malah 30% tiap bulannya? Ingat, tujuan menentukan upaya. Kalau mau naiknya drastis, bayangkan saja mau mencapai puncak gunung yang lebih tinggi, maka, bekalnya lebih lengkap dong, fisik pendakinya juga perlu diperkuat.
.
Mencermati HPP jadi aspek berikutnya. Sudah pada tahu HPP masing-masing produknya kan? Kalau belum, nunggu apa Betty La Fea? Paham HPP menjadi dasar kita bisa mengidentifikasi bisnis dan mengerti berapa gross profit dari masing-masing outlet. Karena setelah unsur HPP, ada elemen lain seperti gaji, operasional, dan eng ing eng : pemasaran. Unsur ini yang sering jadi kepingan puzzle yang hilang. Apa maksudnya? Maksudnya begini, tim pemasaran dibebani target yang ketat, namun, perlu ditanya balik kan, memang dibekali dengan amunisi apa? Berapa? Target memuat unsur angka, amunisi untuk mencapai target, juga perlu dituangkan dalam amgka juga.
.
Dosis marketingnya mau pakai dosis apa? Kalau diidentifikasi, klien iMARKS biasa main di 3 dosis utama. Angkanya bisa geser naik atau turun, namun deviasinya nggak jauh-jauh. Kalau mau main pasif, anggaran pemasaran 3% dari target, dapat dialokasikan. Mau main aktif, tingkatkan ke angka 7%. Kalau bisnisnya baru, dan mode nya dalam mode agresif, maka angka 10% adalah angka alokasi anggaran yang direkomendasikan. Laperpreneur yang baru memulai Marketing Development Programnya? Ya gass bablas ke 10%, dengan syarat, HPP nya sudah diamankan ya? 😇😇
.
Menaikkan omzet secara vertikal, pakai jurus apa? Sempatkan baca konsep 5 proven ways to increase profit nya Brad Sugars, dan terapkan masing-masing ways sesuai dengan situasi dan kondisi dalam bisnis kulinernya. Ways 1 dan 2 jadi ruang bermain tim pemasaran, ways 3 dan 4 jadi ruang bertumbuh tim operation, ways 5 jadi ruangnya manajemen karena terkait erat dengan urusan policy dan finansial.
.
Pembahasan mengenai pertumbuhan vertikal ini juga masih punya keterkaitan dengan pilar pemasukan bisnis kuliner. Logikanya adalah dari 1 atap di 1 outlet, yang disangga 3 pilar pemasukan dari : dine-in, carry-out, dan big-order. Menargetkan berapa dari masing-masing pilar? Akan berdampak pada amunisi yang dialokasikan sebagai anggaran pemasarannya.
.
Salam Pertumbuhan!
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Marketing Development Partner