Banyak muncul pertanyaan dari Laperprenuer tentang ribetnya mengelola restoran dengan cabang yang lebih dari satu. Salah satu klien pernah nyeletuk saat sedang nongki cantik di sebuah café sambil membahas arah bisnisnya, kurang lebih celetukannya seperti ini “ Sam, ngurus 2 cabang atau banyak itu sebenernya repotnya sama aja, palingan yang beda cuman jumlah orang yang mengelola dan jelas hasil yang diterima.

Dari celetukan diatas maka akan muncul pertanyaan baru, “Ha? Kok bisa?” , dalam hati Laperprenuer yang sedang baca buku ini pasti bilang begitu, iya apa iya ? jelas Iya. Nah, bagian menarik disini adalah mengapa menggunakan perumpamaan 2 cabang atau banyak cabang. Ini adalah pola piker fundamentalnya, dalam bisnis kuliner umumnya terdapat 2 aliran bisnis ,

  1. aliran yang pertama adalah aliran yang tidak buka cabang dimanapun ,
  2. aliran kedua adalah aliran yang buka cabang dimana- mana.

Tapi LaperPrenuer tahu gak , kalau ada aliran yang ketiga, aliran ini sebenernya samar- samar sih tapi terbukti nyata ada contohnya. Aliran ketiga ini adalah aliran mau buka cabang tapi “takut ini takut itu, takut ribet takut gk laku takut hantu dan lain- lain”. Akhirnya rencana hanya sebatas wacana. Nah, dari sini Laperprenuer termasuk golongan aliran yang mana ?

Oke, dichapter kali ini kita akan membahas bagaimana langkah bisnis kuliner dalam bertumbuh. Yang dimana pada dasarnya pertumbuhan bisnis ada 2 cara, vertical dan horizontal. Kalau vertical adalah pertumbuhan dengan fokus menaikan revenue, sedangkan horizontal adalah menaikan revenue dengan menambah outlet.

Jadi, gimana sih langkah- langkah untuk melakukan pertumbuhan dengan melebarkan sayap alias membuka cabang- cabang barunya. Dalam hal ini saya akan jelaskan rumus sederhana yang disebut ROAD TO SCALE UP, terbagi dalam 4 tahapan sebagai berikut.

1. #StartTheFirst

Sesuai dengan namanya, dibuka dulu aja bisnis kulinernya, mulai dulu aja jangan dibahas terus dan ditanyakan melulu. Ingat kata Alm. Bob Sadino : Bisnis yang bagus itu bisnis yang dijalankan, bukan terus- terusan ditanyakan. Di tahap ini sama dengan teman- teman Laperprenuer berada di tahap yang disebut tahap eksekusi dan validasi. Dalam tahap ini temen- temen LaperPrenuer akan  menemukan banyak masalah, tergantung bagaimana LaperPrenuer nanti menanggapinya, akankah masalah yang ditemukan ini menjadi happy problem atau malah sebaliknya. Dalam tahap awal ini LaperPrenuer jangan kaget jika nanti menemukan banyak masalah, karena masalah tersebut yang akan menjadi titik terang dalam setiap bisnis jika LaperPrenuer cermat dalam mengatasinya. Kalau dalam pola pikir StartUp, meminjam istlah Eric Ries dalam buku Lean StartUp , ada istilah keren yang beranama MVP atau Minimum Viable Products, yang diartikan secara sederhana sebagai dosis terkecil ide dapat dieksekusi dan diwujudkan dalam pelaksanaan. Jadi dimulai dulu aja, jangan pernah membandingkan bisnis yang baru dimulai dengan bisnis yang udah gede, mereka juga pernah kecil.

2. #RoadToSix  

Tahap yang kedua ini baru bisa diobrolkan dan didiskusikan dengan serius kalau tahap pertama sudah lolos. Road to Six adalah upaya aktif untuk menangkap pola bisnis yang relevan dan fit in dengan value yang dibangung oleh LaperPrenuer, kemudian jika sudah ketemu maka langkah selanjutnya adalah menduplikasinya dengan “segera” di outlet 2,3,4,5,6 dengan menggunakan sumber daya mandiri, tumbuh secara organic alias tidak ada duit orang/ investor apalagi hutang. Pakai modal sendiri untuk menuju 6 outlet, nggak kelamaan? Jawabnya tidak, pernah dengar istilah “Kemrungsung”? Kemrungsung artinya hati yang tidak tenang. Ingin melakukan sesuatu tapi tidak bisa, atau ingin sesuatu itu segera selesai, tergesa-gesa menyelesaikan”. Nambah outlet jadi 1 hingga 6 secara organic rata- rata bisa dicapai dalam waktu 2 tahun, sehingga rata- rata setiap 5 bulan bisa buka outlet baru setelah outlet pertama lahir.

Nah terus apa keunggulan pola pikir ini? Keunggulannya adalah pebisnis jadi fokus untuk bertumbuh, lekas enam, dimana nanti jika sudah mencapai 6 outlet maka bisa hemat dan taktis dalam tata kelola keuangan. Mari kita bayangkan outlet 4 saja, misal omset per hari 5 juta, maka sebeluna bisa mencapai 500 juta dalam 25 hari kerja. Kalau dihitung profit margin 15% saja, maka 75 Juta sudah aman dan siap masuk kantong atau jadi motor ninja. Biasanya dalam tahap Road to Six ini UKM mulai membutuhkan pihak pihak eksternal untuk membantu menambah perspektif dalam pengembangan dan percepatan bisnisnya, mulai dari konsultan financial, operasnional hingga marketing yang dimana PT Fortuna iMARKS Trans siap mendampingi dalam Marketing Development Programnya.

3. #RoadToTwenty

Tahap ketiga tentu bisa terjadi jika Road To Six sudah terjadi, Ketika sudah 6 outlet biasanya bisnis kuliner boleh dibilang menguasai 1 wilayah.  Road to Twenty mendorong tantangan untuk melakukan ekspansi keluar wilayah yang sudah dikuasai, menjelajah satu propinsi. Contoh saja, Jawa Timur terdiri dari 38 kota dan kabupaten. JIka hadir di 7 kota dengan masing2 ada 3 outlet saja, sudah menggema namanya , Road to Twenty terpenuhi. Omset 5 juta per hari akan menjadi lebih lezat lagi , 2 mini cooper bisa diborong sekaligus tanpa merasa berat rasanya. Road to Twenty tanda tim akan semakin membesar. Semakin banyak turunan di stuktur organisasi, semakin banyak orang yang terlibat dalam proses bertumbuhnya perusahaan dan semakin banyak berkah diperoleh karena bisa memberdayakan banyak orang.  

4. #RoadToHundred Biacara menuju 100 pasti konteksnya, sasarannya adalah nasional bahkan bisa lintas Negara. Setelah melalui tahap 1 menuju 6 , 6 menuju 20 maka disitu akan menemukan pola yang dimana mundplikasi cabang hingga seratus sudah tidak menjadi hal yang sulit lagi. Apalagi jika bisnis sudah di otomasi , maka tidak menutup kemungkinan pertumbuhan bisa bergerak sangat cepat dan agresive seperti klien- klien IMARKS. Dalam kurun waktu 5 tahun bisa mencapai 60 outlet dari pertama mendampingi dari 4 outlet. Kenapa kok bisa cepat, pertumbuhan cepat ini bisa terjadi jika mental LaperPrenuer adalah mental- mental fighter yang siap meneteskan keringat, air mata bahkan darahnya untuk bisnisnya. Tapi apakah mental saja yang menjadi pengaruh besar, tentunya tidak. 3 hal ini harus dikawal dengan benar dan ketat, finansial untuk mengelola keuangan, operasional untuk menjaga kualitas produk agar konsumen bisa datang lagi dan yang terakhir marketing dengan Marketing Development Programnya untuk senantiasa mendatangkan konsumen.

Siap tulisan diatas semua adalah pengantar ya, lanjut tulisan di part kedua

Salam,
Nicholas Ryan

PT Fortuna IMARKS Trans

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Go Top