Persiapkan Target Traffic
.
Banting Martabak Lintas Kota
Menginjak Pekanbaru, adalah salah satu big thing menurut Saya. Dari 514 Kota di Indonesia, beberapa tahun terakhir, Allah berikan kesempatan Saya banyak beredar di kawasan tengah Indonesia. Bagian barat baru Batam, Palembang, Jambi, Medan, Belitung yang pernah dipijak. Ketambahan Pekanbaru, jadi poin seru, karena kebetulan Saya punya Bibi yang tinggal disana. Disana, iMARKS dapat amanah sekaligus tantangan mendampingi brand Martabak Djoeragan yang aslinya sudah hebat. Seperti biasa, iMARKS kebagian tukang poles sana poles sini, semacam make-up artist yang bertugas menaburkan kosmetik di paras yang bawaannya sudah syantik. Martabak Djoeragan atau sering disingkat MarDjoe, sudah hadir di Pekanbaru, Padang, Jakarta, dan Medan. Keren kan? Meskipun cuman jualan martabak, kalau diseriusi, ya bikin ngeri dampak maupun hasilnya. Singkatannya lucu juga ya, MarDjoe, alih-alih Martabak Djoeragan, tim MarDjoe sering pelesetin jadi : Marion Djoela, ea ea ea 😘😘😘
.
Omzet sebagai target hasil
Di MarDjoe, Saya justru belajar mendalam pada Abangkuh : Rizky Fitri. Salah satu owner yang pinter dan right person untuk mengelola bisnis yang ditakdirkan untuk menjadi besar. Dalam satu diskusi sepulang Saya dari Lumajang u/ urus paspor, Rizky menelepon Saya, tentang keresahannya dalam proses kontrol pada timnya. Secara marketing, \”kuncian\” nya nggak bisa kalau berhenti di omzet. Karena omzet yang dihasilkan sendiri merupakan akumulasi dari banyak variabel penyusunnya. Omzet adalah target hasil, Rizky memberikan penekanan disitu, karena omzet kan bisa tercapai bisa tidak. Ketika tidak tercapai, memang bisa ditarik ke evaluasi kinerja tim marketing, namun saat target omzet tercapai, tidak bisa juga serta merta di klaim sebagai hasil kerja tim marketing. Bisa jadi, peranan tim marketing minim sekali, atau bahkan tidak ada. Fokus pembahasan : tim marketing hanya melakukan kegiatan yang berbasis aktifitas, dan perlu diperdalam kunciannya ke kegiatan yang memiliki dampak langsung(direct-impact) dan dapat dilacak (tracable).
.
Traffic sebagai target proses
Rizky mengajukan sebuah opsi, bagaimana jika, target dan kuncian tim marketing ditarik ke arah bagaimana omzet itu dihasilkan. Omzet adalah hasil dari konsumen yang beli produk MarDjoe di outlet. Cara belinya? Ya terserah konsumennya kan, ngapain kita ngatur-ngatur, wehehe 😇😇. Ada yang takeaway, ada yang pakai jasa ojek online, ada yang pesan big order untuk meeting, suka suka deh. MarDjoe menetapkan bahwa \”kuncian\” untuk Tim Marketing, tidak berhenti omzet, namun dibawa ke : berapa traffic yang dibawa? Berapa konsumen yang digaet? Berapa transaksi yang terjadi? Sedaaap, akuntabilitas jadi jelas dan mekanisme kontrol jadi nampol.
.
Konversi
Penjelasannya sederhana, bahwa traffic yang tercipta, pada dasarnya adalah konversi yang dicetak sebagai prestasi dari Tim Marketing. Poin ini semakin terpampang nyata jika diimplementasikan pada outlet yang baru buka, dengan bottomline traffic tentu saja di angka \”0\”, kan memang baru buka outletnya. Berapa yang nyata datang? Berapa yang nyata beli? Berapa yang nyata belanja? real traffic yang datang dan kemudian mencetak skor jadi uang. Kalau punya mesin POS, biasanya Pak Tibi dari iPOS menyebutnya sebagai : customer unit. Jadi, berapa traffic yang ditargetkan datang dan melenggang? Kalau nggak biasa mikir secara tenang, alamat dijamin meriang 😘
.
Pengali bernama basket size
Makin runut makin runtut, di titik ini insyaAllah makin paham. Apa hubungan antara omzet dengan traffic? Tentu saja, hubungannya baik-baik saja. 😇🤭. Karena omzet adalah target hasil, dan traffic adalah target proses, hubungan konkret diantara keduanya adalah : traffic yang dikalikan dengan basket size menghasilkan omzet. Apa pula basket size itu? Basket size adalah besaran rata-rata belanja per orang dalam sekali pembelian di outlet Kita. Misal besaran belanjanya Rp 50.000 dan traffic outlet kita 100 transaksi, maka omzet 5juta nyelonong masuk kantong. Dengan target omzet yang sama, makin gede basket size nya, makin kecil traffic yang perlu didatangkan, sebaliknya, semakin kecil basket sizenya, traffic yang perlu ditarik makin banyak jumlahnya.
.
Tahu dari mana?
Pertanyaan dasar untuk optimalisasi traffic, lakukan validasi ke konsumen yang sudah beli : mereka tahu dari mana? Pertanyaan ini akan memandu Kita mendapat jawaban konkret, sebenarnya kanal atau media apa yang efektif dan terbukti mendatangkan traffic. Bagaimana cara menanyakannya? Ya ditanyakan aja, jangan dibatin melulu 😘
.
Kenapa beli?
Pertanyaan berikutnya yang perlu diungkap dan mendapat jawab adalah : kenapa beli di tempat kita? Ini pertanyaan kunci yang mengandung inti. Diantara aneka pilihan, kenapa customer memilih dan memutuskan untuk membeli di outlet kita? Apakah karena produknya? Apa karena harganya? Apakah karena lokasinya? Karena promosi yang dilakukan? Atau, just because karena dia nyasar dan nggak sadar? Yang mana aja deh yang penting mau melayani, sebuah serendipity 😇😇
.
Kalau nggak beli kesini, beli kemana dan kenapa?
Sudah dapat jawaban, jangan berhenti, ungkap juga kemungkinan lanjutan. Jika tidak beli ke tempat kita, ke mana konsumen akan melangkah? Kemana uang akan dibelanjakan? Dan kenapa pilihan itu dibuat? Ini adalah pertanyaan maknyus untuk identifikasi terhadap kompetitor dam faktor pembanding, apa pertimbangan memilih sana? Apa kelemahan yang perlu kita sadari dan tangani? Sadar melawan siapa, sadar spesifikasi lawan seperti apa, ujungnya, ada omzet yang diperjuangkan, ada traffic yang dipikat agar mendekat.
.
Megang ujung lupa pangkal
Kisah cerita sampai di bagian ini, pada dasarnya adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran dari pemilik bisnis, agar bangun bangkit dari kepingsanannya. Agar alat analitiknya makin sistemik, agar naik kelasnya makin jelas, paham kalau ditanya kondisi bisnisnya. Kalau omzet naik tahu sebabnya, saat omzet turun paham faktornya, nggak cuma bisa nanya polos pertanyaan andalan : \”Kita lagi memetik untung atau menderita kerugian?\” 😇😇