PR besar ini kalau bicara urusan people pada bisnis kuliner. Beberapa waktu yang lalu, seorang sahabat menulis status di facebook, ketika dia mendapat pengalaman berwisata kuliner di salah satu destinasi kuliner legend di Malang. Kesimpulannya : makanan biasa-biasa saja, tempat tidak terlalu istimewa, keramahtamahan kru di lokasi parah dan cenderung mengecewakan. Pernah mengalami?

.

Bisnis kuliner kita berjalan dengan penuh kelancaran, tidak ada komplain sama sekali, produk tersaji sempurna, makanan tersaji dengan cepat, kru kita ramah dan membantu dengan sepenuh hati, dunia begitu indah, sampai kemudian kita terbangun, dan sadar bahwa yang barusan terjadi adalah impian di wkwkland 😘😘😘. Jangan nyengir dulu, karena hidup nerawal dari mimpi kan? Dan setiap impian layak diperjuangkan.

.

Kenyataannya, people di operation bisnis kuliner adalah satu urusan, kemudian people di urusan pemasaran bisnis kuliner adalah urusan yang lain. Jawab dengan cepat ya, dalam skala 1 sampai 10, seberapa sulit mencari dan mendapatkan tenaga pemasaran untuk bisnis kuliner? 1 artinya mudah banget, 10 artinya susah banget. Kira-kira muncul angka berapa hayo?

.

Klien klien iMARKS di seluruh penjuru Indonesia juga menemui tantangan yang sama. Sam, kita sih siap-siap aja melaju dan melesat, hla tapi kita mau install tim pemasaran, orangnya belum ada nih, masa nantinya Saya lagi Saya lagi? Ucap Sang Owner dengan nada khawatir dan nuansa traumatis. 😘😘😘

.

Memang kalau bicara Marketing Development Program untuk bisnis kuliner, yang perlu disediakan dulu ya : Tim nya. Mau program secanggih apa, strategi se lengkap apa, kalau nggak ada eksekutornya ya cuman akan seindah fatamorgana di teriknya gurun pasir, mempesona tapi tidak nyata.

.

There will be more ideas than capacity to execute, itu celetukan Saya pada juragan kuliner dari Medan yang kekeuh bahwa dia sudah punya tim dan siap didampingi oleh iMARKS. Saya bilang, tim yang ada sekarang, baru kepingan puzzle dari gambar besar. Salah satu miss-perception dari para LaperPreneur adalah bahwa tim pemasaran ini hanya berpusat pada urusan digital marketing. Saya katakan : Tidak Maria Mercedes! Kita bicaranya utuh, offline dan online, omni-channel kalau katanya Pakdhe Hermawan Kartajaya. Tim pemikir dan juga tim pelaksananya.

.

Orangnya nggak ada nih Sam, gimana? Ah, Sudah kenyang Saya dengan jawaban sejenis. Nggak ada atau nggak pernah serius nyari? Sudah serius nyari, sudah serius menyeleksi? Sudah menyeleksi, sudah serius membekali kompetensi? Sudah membekali kompetensi, sudah mendorong pengalaman dengan koreksi dan apresiasi? Duh, banyak amat ya yang perlu diurus? Jadi nggak? Makanya, berdiskusi dengan owner adalah salah satu sesi penting yang menjadi pertimbangan iMARKS dalam memilih apakah mengambil atau melewatkan kesempatan menghandle klien. Afterall, Business Owner Mentality (BOM) menjadi aspek penting dalam banyak urusan ke depan jika memang Allah takdirkan bahwa sosok yang Kami ajak ngobrol ini adalah tipikal klien iMARKS yang bisa di akselerasi.

.

Bagaimana tidak, karena ke depan, yang namanya policy, decision, adjustment and allignment, urusannya masih sama owner. Kita bicara tentang people kan? Dan hey, owner juga bagian dari people juga kan? Genah ownernya, genah urusannya, ruwet ownernya, maka #AahSudahlah

.

Sekali waktu Guru Saya bilang :

Faizal, kalau ada pasukan yang *telo*

Maka pimpinannya pasti pimpinan *telo*

Sebaliknya….

Kalau ada pasukan handal

Maka pimpinannya pasti juga handal

.

Sebaik-baik pemimpin

Memimpin sebaik-baik pasukan

.

Sambil nengok belakang, pasukanku telo nggak ya? Duh……

.

Salam Pertumbuhan!

Faizal Alfa

PT Fortuna iMARKS Trans

Marketing Development Partner

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Go Top