Pahami Profiling
.
Pada pertengahan 2018, Saya sowan ke Bu Mulyani Hadiwijaya, owner Dea Bakery, salah satu top of mind brand roti di lokal Kota Malang dan regional Jawa Timur. Saya bilang pada Bunda, bahwa Saya ada klien untuk program Marketing Development Program iMARKS, yang bermain di industri roti, lokasinya di Bontang. Saya tanya tipis-tipis ke Bu Dea, untuk memetik insight bisnis cake & bakery pada yang memang berkecimpung di bidangnya.
.
Satu kata yang muncul dari Bunda adalah : \”Profiling\”, sebuah tahap penting agar apa yang kita lakukan kemudian, tepat guna tepat sasaran. Bunda sampaikan, bahwa memang benar, bahwa kualitas produk adalah hirarki tertinggi dari bisnis, mau disulap oleh siapapun, kalau produk kuliner, ya wajib enak dan ngangeni, kalau nge zonk, ya sama juga boong, akan jadi sensasi saja, tak ada kontinuitas.
.
Profiling adalah secara sabar dan sadar menentukan, siapa yang kita layani. Alih-alih menentukan mau jualan apa, profiling mendorong level penasaran pemilik dan pengelola bisnis tentang siapa yang disasar, siapa yang dibidik, siapa yang dilayani? Kemudian diperdalam dengan pertanyaan : profil yang disasar ini punya kebutuhan atau masalah apa? Sehingga produk yang kita hasilkan memenuhi kebutuhan, atau menjadi solusi atas permasalahan 👍.
.
Langkah awalnya adalah merubah dari product-oriented ke market oriented. Di lingkup UKM, ini yang jadi pondasi dan intinya inti. Rata rata UKM berangkat dari produk. Saya sukanya bikin produk ini, atau Saya bisanya bikin produk ini, atau, Saya habis ikut pelatihan produksi ini. Iya sih, benar, memang mampu bikin dan menghasilkan produknya, tapi kemudian masalah lanjutan muncul, siapa yang mau beli? Dijual ke siapa barangnya kemudian?
.
Bisa aja laku di tahap awal, yang jadi sasaran buat dipaksa beli biasanya saudara dan tetangga. Oke, mereka mau beli, semacam ngasih semangat dengan bumbu kasihan. Tapi dipaksa beli dan beli lagi, untuk pembelian berikutnya, ya mikir lagi. Mikir untuk nyari alasan agar bisa berkelit nggak beli maksudnya, wehehe. Padahal, rumus sebuah bisnis dapat bertahan, bukan terus menerus akuisisi konsumen, tapi secara tekun dan telaten merawat konsumen loyal ya.
.
Profiling, dari kata dasarnya, adalah mengidentifikasi siapa profil konsumen yang kita sasar untuk kita layani. Semua orang, jelas bukan jawaban yang tepat atas pertanyaan ini. Siapa prime customer yang kita pilih untuk kita layani? Golongan apa? Kalau sudah ketemu profilnya, langkah berikutnya adalah menduplikasi. Konsumen dengan profil tersebut, ada berapa banyak? Pastikan jumlahnya cukup banyak dan bertumbuh, selaras dengan proyeksi pertumbuhan bisnis kita. Mereka tinggal dimana? Bekerja atau beraktivitas dimana? Kenali sampai detail dan teliti, dan kemudian polakan untuk di duplikasi.
.
Caranya? Lakukan profiling dalam 3 lapisan. Lapisan pertama, profiling dari sisi konsumen. Seberapa besar konsumennya? Dapatkan data globalnya, misalnya, coba masukkan : \”Kota Malang Dalam Angka\”, maka, kita bisa mendownload file pdf terbaru dari BPS terkait data Kota Malang. Cara lain bisa dengan melakukan kuesioner, eksperimen, atau interview pada prospek yang disasar.
.
Lapisan kedua, profiling dari sisi kompetitor. Emang boleh melakukan observasi pada kompetitor? Yaelah, beli aja disana, sambil lakukan pengamatan. Misalnya sedang ada antrian, simak saja, siapa yang antri? Pasti ada profil kategori tertentu yang dominan, atau kita sebutnya : Prime Customer. Jangan terkecoh pada yang jumlahnya sedikit ya, fokus pada yang dominan, karena berpotensi memberikan kontribusi optimal. Kalau luwes komunikasi, malah bisa interview sama kasir di outlet kompetitor, informal sih, speak speak terstruktur. Ini jagonya yang begini biasanya Om Juni Ananda Roti Gembong Juanda Samarinda, Om Rizky Fitri Martabak Djoeragan Pekanbaru, tapi yang paling jago, Om Indra Permana Bakso Bakar SS Kota Malang, apalagi kalau kasirnya cantik.
.
Lapisan ketiga, profiling dari sisi perusahaan kita sendiri. Sedikit atau banyak, usaha yang sudah berjalan, pastinya memiliki data konsumen. Lakukan pemilahan dan pengolahan data konsumen, dan temukan bahwa mengidentifikasi prime customer itu sangat mudah, terpampang jelas dan nyata, apalagi jika rapi dan kuat di data. Arahnya? Mengubah jawaban dari konsumen dominan kita adalah : semua orang, menjadi : si X yang Y dengan kriteria Z, sehingga kita jadi jelas naksir siapa dan cara mendapatkannya bagaimana.
.
Waspada! Profiling nyasar, maka keseluruhan pembahasan dan pemahaman mengenai S3 Marketing ini, akan nyasar kemana mana. Profiling nyasar itu ibarat mau keluar ruangan, buka tutup pintu berkali kali, gak berhasil keluar juga, dan jelas sebabnya, karena yang dibuka dan ditutup pintu kulkas. Terusin aja sampai linggis mengapung 🤭🤭

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X
Subscribe to get 15% discount