Kalimat singkat yang menurut Saya melekat mengenai packaging, disampaikan oleh Pakar Branding Indonesia, Pak Bi : “Packaging Is A Silent Salesman”

100% setuju mengenai hal ini, karena packaging memang jadi salah satu unsur penentu keputusan pembelian atas sebuah produk.

.

Di Malang, Saya obrol seru sama owner Ayam Goreng Nelongso, Nanang Suherman dan Founder Sayap Grak Ivan Angga. Beda kota, di Samarinda, Saya diskusi dengan owner Soto Banjar Nyaman Banar Abdullah Azam dan owner Roti Gembong Juanda Juni Ananda. Lain lokasi, Saya rundingan dengan owner Naoro Ricebox Fajrin Rusli dan owner Radja Penyet Mas Fais yakni Fais Arfianto. Di Ibukota, asyik bicara dengan owner Bakso Raket Afiani Puspasari dan owner Djajan Seafood Mohammad Gogod Sugiarta.

.

Topik yang dibicarakan, sama, yakni mengenai pentingnya refresh desain kemasan dari produk mereka, terutama terkait dengan penyesuaian antara segmen market yang disasar dengan added value yang dimiliki oleh produk.

.

Kita sepakat dan sepaham, kalau di tahap awal memulai perjalanan, para LaperPreneur memulai segala sesuatunya dengan sederhana, sebisanya, apa adanya. Eh, ada yang protes, tak sedikit lho yang memulai bisnis kulinernya dengan kesiapan rencana dan kematangan konsep, ya kan? Iya sih, tapi jumlahnya tak sebanyak yang memulainya dengan alakadarnya kan? Pokoknya mulai dan pokoknya jalan, yang penting halal dan menghasilkan.

.

Oke sepakat, tapi kebetulan, di satu titik, klien-kliennya iMARKS ini berada di fase yang mirip, dimana keseriusan dan kesungguhan menggarap packaging ini sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan. Mau alasan usahanya masih kecil, huss, wong penjualan sudah sebanyak itu, konsumen sudah sejumlah itu, outlet sudah bertebaran di banyak lokasi. Pertanyaannya, apakah kebetulan klien-kliennya iMARKS ini fase atau tahapan bisnisnya mirip-mirip? Enggak juga Ferguso, karena kalau kita berpijak pada logika, bahwa klien melakukan seleksi daj memilih siapa yang menjadi partner konsultannya, pun demikian, pada dasarnya konsultan juga punya kriteria dan standar mengenai siapa klien yang dipilihnya, true! Kita juga sama-sama belajar mengenai profiling, segmenting, targeting, dan positioning kan? 😘😘

.

Pentingnya packaging ini dapat kita garisbawahi dari sharing Guru Saya Pak Laksita Utama Suhud yang dalam satu sesi diskusi menyampaikan bahwa produk dalam packaging yang baik itu boleh dibilanh sebagai brosur 5 dimensi. Walah, apa lagi itu Pak Laks? Mentang-mentang Beliau pernah memimpin Taman Safari, pakai 5 dimensi segala, kayak wahana permainan aja Pak Laks, pakai 5 dimensi segala. Memang kesannya guyon, tapi saat dicermati dan diresapi, definisi 5 dimensi ini benar juga lo.

.

Produk dalam kemasan yang baik menjadi 5 dimensi karena disitu ada unsur : panjang, lebar, tinggi, tampilan, dan rasa. Lengkap bukan? Kemasan menjadi pembeda dan penguat. Saya masih ingat betul betapa seriusnya Cokelat Temon mengutak atik kemasan hingga harganya bisa melompat berlipat hingga 3x lipat. Kemasan menjadi pijakan panjat sosial nya keripik molreng Seuhahlatalata dari camilan kelas sekolahan menjadi pajangan kekinian di rak oleh-oleh yang pantang dilewatkan.

.

Saya tanya kepada Founder Markaz Design Mas Hendrik Bayu Admiko, yang biasa bikin desain kemasan kekinian yang dukungannya luar biasa bagi UKM Naik Kelas, Saya masih ingat betul saat memoles produk Oparu, spesialis paru goreng bumbu dari Palu. Desain kemasannya Mas Hendrik dan Tim Saya akui istimewa dan memiliki level kelas yang berbeda. Saya tanya, darimana inspirasinya? Tentu ternyata dari referensi kemasan dari luar negeri, yang diolah dan disesuaikan dengan tampilan serta budaya negeri sendiri. Makanya sekarang ada kebutuhan kemasan, Saya oper saja pada ahlinya, agar kami dapat berfokus pada kompetensi inti sebagai Marketing Development Partner bagi klien, terutama klien kuliner yang sudah punya 6 outlet atau lebih.

.

Kemasan jangan disepelekan, sedih aja saat punya jujugan penjual martabak yang enak, tapi kemasannya sebatas kertas minyak lalu dilapis dengan potongan 1/4 koran edisi bulan lalu. Toh, dengan value yang tepat, ternyata konsumen nggak masalah kok nambah harga saat diberikan kemasan yang lebih berkualitas, mengacu pada hasil riset kami di Kalimantan.

.

Rahasia kecil lain, bahwasanya di mata percetakan, kalau memesan kemasan, mau desain kemasannya buruk rupa atau rupawan mempesona, ongkos cetaknya relatif sama, jadi, mau pilih yang mana?

.

Berpikirlah sebentar, dont-rich-people-difficult, jangan kayak orang susah, diajak bikin kemasan bagus saja kok berat dan ogah. Name-also-entrepreneur, namanya juga usaha, memantaskan diri naik kelas, agar produknya tidak hanya ditakar sebagai komoditas, sekilo berapa, diwadahi tas kresek saja, duh…..

.

Salam Pertumbuhan!

Faizal Alfa

PT Fortuna iMARKS Trans

Marketing Development Partner

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X
Subscribe to get 15% discount