Sam, Ini Ada Saudara yang kontak, dia baru aja datang ke outlet, dan antusias liat outlet pas lagi rame. Dia bilang dia tertarik mau jadi investor di kulinerku buat buka cabang lagi, enaknya gimana Sam?
.
Kalau Anda berada di posisi tersebut, apa pilihan tindakan yang akan dipilih?

A. Ambil peluang investor masuk
B. Sampaikan maaih fokus pengembangan outlet sendiri, bahwa nanti kalau sudah siap akan ditindaklanjuti
C. Lanjutkan baca tulisan ini

.
Jadi, apa pilihanmu Marimar? Kalau naskah ini masih terbaca, berarti Anda memilih untuk opsi C, yakni melanjutkan membaca tulisan ini 😊. Sebuah pilihan yang gemi, setiti, dan ati-ati, karena memang kita perlu waspada dengan suasana hati yang dalam bahasa jawa lumrah disebut : “kemrungsung”
.
“Kemrungsung” itu kata dalam bahasa jawa yang berarti hati yang tidak tenang. Ingin melakukan sesuatu tapi tidak bisa, atau ingin sesuatu itu segera selesai, tergesa-gesa menyelesaikan.
.
Ini dari pengalaman ya, betapa banyak terjadi studi kasus, para LaperPreneur yang layu sebelum berkembang, oleng sebelum melaju, ndlosor sebelum nyohor, gara-gara sindrom kemrungsung. Bagaimana maksudnya Sam? Begini Esmeralda……..
.
LaperPreneur yang membuka 1 outlet dan rame, 2 outlet dan rame, paling tidak telah melewati dan menuntaskan validasi atas beberapa hal : market yang tervalidasi, produk yang tervalidasi, harga yang tervalidasi, lokasi yang tervalidasi, promosi yang tervalidasi, operation yang tervalidasi, di lokasi saat ini. Catet ya, di lokasi saat ini. Anggap saja kita bicara dua sisi, yakni : sisi yang sudah kita ketahui dan sisi yang belum kita ketahui, ya boleh dibilang masih fifty-fifty lah.
.
Artinya saat outlet kita ramai dan laris, dalam posisi masih di 1, 2, atau 3 outlet, kalau mau jujur, sebenarnya masih banyak sisi yang belum kita ketahui berperan disana, sebut saja faktor luck atau keberuntungannya masih teramat dominan. Pemilik bisnis juga kadang belum bisa menjelaskan tentang CSF atau Critical Success Factors yang menjadi kunci keberhasilan outlet 1, 2, dan 3 tersebut.
.
Dalam kondisi begitu, mau ambil peluang investor masuk? Yakin? Potensi atau resiko? Anggap saja outlet ada 3, apakah ketiganya stabil? Atau masih zig zag seperti boom-boom-car? Atau masih fluktuatif seperti roller-coaster? Biasanya kemrungsung terjadi disini, keyakinan berpadu optimisme di aduk dengan mentalitas oportunis, diambillah tawaran dari investor. Makin bikin gemetar karena aspek legalnya tidak ditata dengan baik, yang penting jalan dulu, dasarnya saling percaya.
.
Welcome to the club! Saat itulah kalau diumpamakan sama dengan saat negara api menyerang di scene pembuka film avatar. Karena dengan adanya investor, maka masalah yang awalnya cuma 1, yakni masalah : bisnis, mendadak ketambahan 1 lagi, yakni masalah : investor. Keseruan semakin menjadi-jadi saat investor yang digandeng, masuk kategori investor yang “sedang-nyari-makan” dari uang yang di investasikan, bisa terjadi itu diteleponi investor pagi, siang, sore, malam untuk ditanyai omzet berapa dan keuntungan yang dibagi ke investor berapa. Ada yang pernah mengalami?
.
Bisnis kuliner baru beberapa outlet, pasti masalah aktual dan potensi masalahnya relatif banyak. Masalah konsumen, masalah kru, masalah operation, masalah inventory, masalah bahan baku. Sudah cukup pelik? Ingat potensi fraud, dan masalah kapasitas produksi? Mau ditambahi masalah dengan investor yang demanding, rewel, dan berlidah tajam? Selamat dan sukses, semoga kelancaran menyertai.
.
Salah satu blunder yang kerap dilakukan oleh para LaperPreneur adalah menjanjikan target omzet dalam proyeksi. Hmm….., berani sekali, memastikan yang masih jadi potensi, karena omzet lebih banyak faktor eksternal daripada internalnya. Hla terus gimana Sam? Kenapa gak menjaga komitmennya di gross profit? Karena bobotnya akan lebih banyak di faktor internal, bagaimana tata kelola dan keunggulan bisnis kita dibangun.
.
Jadi, mulai berapa outlet sudah boleh menjajaki untuk menggandeng investor? Pengamatan dan pengalaman, paling tidak 6 outlet milik sendiri dan tumbuh secara organik, adalah rumusnya. Agar mudah diingat, sebut saja dengan #RoadToSix. Memiliki 6 outlet, sehat, adalah sebuah medali yang patut diapresiasi. Rumus rumus pengelolaan dan pertumbuhan sudah nampak jelas, pola terpantau dan teridentifikasi, membuka cabang itu pada prinsipnya mengulang pola, apanya yang diulang kalau pola nya belum ada?
.
Memiliki 6 outlet juga umumnya sudah mampu membentuk dan mengongkos tim head-office, yang berperan sebagai pengelola outlet-outlet yang sudah beroperasi, sehingga, ada investor pun, ada yang ngurusi. Investor juga bisa memilih, apakah mau berinvestasi sebagian kepemilikan dari outlet 1 sampai 6 yang besaran harganya sesuai dengan grafik performa dan rapor kinerja, atau lebih suka tantangan dengan membuka outlet ke 7 dengan basis rujukan pola outlet 1 sampai 6 sebagai modelling.
.
Tak kalah penting, pilih investor, jangan semuanya ditampung dan diterima. Ada tipikal investor yang sedang cari makan dari investasinya, ada investor yang sedang memutar uang nganggurnya, ada investor yang memang lagi nganggur saja, dan suka melihat semangat pebisnis yang sedang bertumbuh.
.
Ojo kemrungsung, kalau nyungsep bikin limbung……
.
Karena Investor jangan cuma sebatas nyari makan bersama, investor layaknya pasangan, yang siap untuk hidup bersama, kalau bisa till jannah, why not?

.

Faizal Alfa

PT Fortuna iMARKS Trans

Marketing Development Partner

Penulis : #LaperPreneur

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X
Subscribe to get 15% discount