Wuaaa……
Menunya banyak ya……
Makanannya banyak……
Camilannya banyak……
Minumannya banyak…..
Serba banyak…..
Tapi, kok mau mesen, jadi bingung ya….
Mau pilih ini, mau pilih itu…..
Binguung…..
Bingung, bingung ku memikirnya…….
.
Laperpreneur pasti pernah mengalami ini kan? Fenomena memang, berangkat dengan asumsi sederhana, bahwa saat kita menyediakan menu yang beragam, maka akan memberikan pilihan yang banyak bagi para konsumen, mungkin dikaitkan dengan tingkat kebahagiaan konsumen, dianggap makin banyak pilihan menu, makin tinggi tingkat kebahagiaan konsumen. Jadi agar konsumennya makin bahagia? Ya semakin banyakin jenis dalam buku menu yang tertera.
.
Ada 3 jenis buku yang dianggap penting dalam kehidupan dan keberlangsungan manusia. Yang pertama : buku tabungan, yang persepsi kita terhadap buku itu, berubah ubah sesuai dengan tanggal berapa buku dibuka 😘. Yang kedua : buku nikah, jelas penting untuk kelangsungan hidup manusia, ketika sudah sah, buku nikah adalah penanda yang diterima. Yang ketiga : buku menu, mau makan apa? Pasti punya andil dalam keberlangsungan umat manusia.
.
Bicara tentang menu yang banyak, salah satu klien iMARKS punya pengalaman mengenai hal ini. Tentu ada antusiasme membuncahbsaat buku menu ditunjukkan, ini ada menu A, B, C, D, E, F, G, H, lanjut sampai habis itu alfabet, bahkan kurang, dan itu baru dari sisi makanan, belum minuman, ada A, B, C, dan seterusnya. Penuh itu buku menu, penuh itu pikiran dari konsumen yang mau memilih produk.
.
Pertanyaannya sederhana, menu tersebut, apa laku semua secara merata? Jawabannya tentu saja tidak. Pantauannya sederhana, 1 sampai 3 bulan terakhir, bagaimana rapor penjualan menunya? Kalau usahanya sudah menggunakan mesin point-of-sales, pasti dapat melacak dengan cepat, mana 3 besar, 5 besar, 10 besar menu yang terjual beserta angkanya. Inilah yang dimaksud dengan business-with-data, see-with-your-eyes. Poin #1 kita catat ya, jadi kenapa menyediakan menu yabmng bahkan hanya terjual beberapa porsi atau bahkan tidak laku sama sekali dalam sebulan perjalanan? Apa faedahnya? 😘
.
Pertanyaan berikutnya, terkait dengan stok barang dan ketersediaan. Dengan tercantum di buku menu, artinya adalah sebuah penawaran, bahwa kita berkomitmen untuk menyediakan produk tersebut. Tim produksi kita wajib dong menyediakan bahan baku, bumbu, dan menguasai pengolahan dan penyajian menu tersebut kan? Kalau di stok tapi nggak ada yang beli, tentu akan menjadi waste, dibuang sayang, dimakan bikin meriang. Kalau sengaja tidak disediakan stok, hla kenapa ditawarkan di buku menu? Supaya tim operation kita bisa bilang bahwa produknya sold-out? Hey! Ini tempat makan baru semenit lalu dibuka, lalu menu dipesen dan dijawab : lagi sold out, Antum sehat? Poin #2 kita catat ya, jadi kalau kita memajang menu yang tidak dapat kita sediakan, maka apa faedahnya? 😘
.
Pertanyaan berikutnya, apa menu yang banyak tadi ada hirarkinya? Ada kastanya? Mana yang best-seller? Mana yang favorit? Mana yang recommended? Mana yang best-value? Mana yang hot deal? Mana yang tersedia hanya di periode tertentu? Mana yang ana mana yang anu? Mana yang ini mana yang itu? Umumnya, dipajang sama dan setara, baik ukuran foto maupun ukuran tulisan nama menu dan harganya. Semakin sempurna kalau waiternya ditanya : favoritnya di sini apa? Dan dijawab dengan polosnya : disini favorit semua. Poin #3 kita catat ya, meski banyak menunya, berikan panduan dan peta, jangan malah menyesatkan dalam kebingungan tanpa jelas arahnya.
.
Karena di dunia ini ada 5 jenis manusia yang susah diajak bicara dengan logika
.
1. Suporter bola
2. Orang yang sedang jatuh cinta
3. Pendukung capres
4. Orang lapar
.
Dan resiko kekerasan bisa terjadi jika ternyata konsumen kita adalah kebetulan seorang suporter bola yang sedang jatuh cinta dan dalam posisi mendukung capres tertentu saat lapar dan dibingungkan oleh waiter kita karena pilihan menu yang terlalu banyak, masuk dalam jenis manusia ke lima, ajur Jum!
.
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Marketing Development Partner