Pernah lihat film : Inside Out? Film buatan Pixar yang dirilis oleh Walt Disney Pictures pada 2015 ini cukup menarik, karena seperti judulnya, mengeluarkan apa yang biasanya ada di dalam, yakni isi pikiran. Eh, Isi hati apa isi pikiran ya yang benar istilahnya?
.
Seru juga ya, kalau bisa mengetahui isi pikiran, jadi nggak usah menebak-nebak. Nah, kalau pebisnis kuliner, isi pikirannya apa ya? Kalau secara marketing sih nggak jauh-jauh dari yang disebut dengan #markEATing dalam 7 poin pentingnya. Apa saja sih?
.
Pada prakteknya, hal-hal fundamental seperti ini ya mengalir begitu saja. Nggak percaya? Tanya aja pada para mastah bisnis kuliner di luar sana, mayoritas berjalan pada rumus 2L, Lakukan dan Lanjutkan, jalan akan ketemu kemudian. Nah, pembahasan-pembahasan ringan dalam tulisan begini, tentu menjadi kudapan dan pssst, semacam percepatan bagi para LaperPreneur yang pengin melaju dan ngebut dalam akselerasi bisnisnya kulinernya.
.
7 poin ini agar mudah diingat dan melekat, sebut saja dengan 7P, mulai dari : Product, Price, Place, Promotion, Packaging, Process, People. Kombinasi dari 7 poin tersebut yang kemudian berkolaborasi menjadi sebuah : experience.
.
Product menjadi unsur utama, karena jika produknya sudah memiliki 2 unsur, maka boleh dibilang hilal mulai nampak. Apa itu? Yang pertama produknya memiliki value yang sepadan dengan harga yang dibayarkan. Yang kedua, produknya memenuhi unsur : ngangeni, persis kayak kamu, kalau nggak ada dicari, nagihi dan terbayang sampai terbawa mimpi.
.
Price menjadi unsur berikutnya. Overprice jadi tidak menarik, underprice jadi mencurigakan. Yang penting, harga jangan cuman sekedar mengikuti kompetitor ya, tapi hitung betul HPP nya berapa, dan gross profit yang dicari berapa, agar jadi asyik bisnisnya, gak cuman keeja keras bagai quda, tapi hasilnya nggak ada, capek doang keuntungan melayang.
.
Place mengacu pada dimana produk bisa didapat. Ada outlet? Saatnya memperhatikan settingan. Pastikan sesuai dengan segmen market yang disasar dan perilaku belanja yang diharapkan. Apakah inginnya konsumen di nyaman-nyaman agar berlama-lama? Atau diefektifkan agar beroperasi dalam mode ; stop-eat-go agar okupansi meja dan kursi dapat penuh terisi?
.
Promotion ini kesukaan, maksudnya kesukaan dari konsumen. Kalau bicara tentang promosi, enteng-enteng an adalah bicara tentang apa penawaran spesial yang diberikan agar konsumen : memberikan perhatian, mengambil keputusan untuk melakukan pembelian, dengan kesegeraan, karena alasan : kelangkaan yang melekat dalam syarat dan ketentuan dalam promosi yang dijalankan.
.
Packaging adalah apa yang dilihat pertama kali oleh calon konsumen saat bimbang dan mengambil mode menimbang untuk memilah dan memilih yang mana yang kemudian dipinang. Packaging is a silent salesman kalau kata pakar branding Pak Subiakto. Saya setuju sepenuhnya mengenai hal ini.
.
Process menjadi sebuah added value yang perlu dipikirkan secara serius. Dalam sudit pandang : experience, bisa jadi justru process ini yang diburu seru dan dicari teliti oleh konsumen ketika belanja di outlet kuliner kita. Ah, masih segar di ingatan saat menginstall process dimana setiap konsumen di salah satu resto di Malang wajib mendapat sapaan : Mas Ganteng dan Mbak Cantik dari kasir setiap memproses orderan, atau di Tangerang yang makanannya disajikan di atas kapal kayu, langsung di atas meja. Proses yang instagrammable, karena yang instagrammable itu : pamer-able 😘😘
.
People adalah simpul dari semua yang dibahas. Every business is a people business, meskipun ngurusi people ini susah susah gampang, kita maunya punya people dalam kontribusi terbaiknya, dengan kompensasi yang kita siapkan seadanya, #Heemtalah, hayoh ngaku………, gimana solusinya dong?
.
Salam Pertumbuhan!
Faizal Alfa
PT Fortuna iMARKS Trans
Marketing Development Partner