3. Kena Banjir

Nama Dian memang lagi hits, meski Dian yang ini bukanlah yang jadi salah satu pemeran di Film Tilik yang viral di pertengahan 2020 dengan kenyinyiran Bu Tejo. Adalah Dian Wahyu, pelaku usaha kuliner Dapur Hirayyan dan pencetus Bebek Langitan yang berlokasi di Gresik. Ceritanya Mbak Dian terlibat menjadi donatur dalam salah satu program sosial yang Saya galang, setelah konfirmasi melalui WA, Beliau sekaligus ngabari, bahwa dari konsep dapur rumahan, Beliau ada rencana membuka outlet. Langsunglah Saya balas WA nya, kalau ada waktu, Saya telepon.

Bukan sebuah keistimewaan yang spesial sebenarnya, namun lebih kepada males mengetik menjelaskan, perihal apa yang ditanyakan Beliau. Mending Saya telepon, biar Beliau yang nyatet i apa apa yang jadi jawaban ceriwis Saya. Udah begitu, Beliau sudah heboh sendiri, yang sebentar lah, yang belum siap, yang katanya ndredeg atau berdebar, #Heemtalah

Mumpung ada yang mau ndengerin, nyerocoslah Saya kesana kemari. Mumpung ada bahan di pikiran, tentu salah satu cara mengujikan akurasi, adalah dengan menyampaikan pada orang lain. Saya sampaikan mengenai fenomena Kita saat ini dalam proses pencarian informasi. Apa yang Kita temui? Saat ini, boleh dibilang Kita berada dalam situasi, bahwa informasi apapun yang Kita perlukan, maka informasinya lengkap tersedia. Menjadi lebih mudah pahamkah?

Ternyata, belum tentu begitu. Banjir informasi yang terjadi, ternyata justru berujung pada : Kebingungan. Turut merasakan? Makin banyak informasi, makin teralihkan dan goyah dalam mengelola kedalaman perhatian.

Berlanjut dalam mengolah penawaran. Situasinya tidak jauh berbeda. Saat ini, begitu mudahnya Kita diakses oleh penawaran demi penawaran. Kalau jaman sebelumnya, penawaran dipasang di baliho baliho, atau disebarkan melalui brosur brosur, saat ini, penawaran masuk bertubi, langsung ke dalam kamar kamar pribadi Kita. Ponsel pintar dan sambungan internet, menjadi kontributor besar hingga rata-rata 240 penawaran masuk ke setiap orang setiap harinya, pada orang biasa seperti Saya dan Anda, kepada Kita semua.

Apa dampak dari kondisi diterpa banjir penawaran? Kalau Saya, lebih pada kelelahan. Saking banyaknya, sehingga ketika mendapat satu penawaran yang tidak amat sangat intens dan spesial, akan lekas lekas melewatkannya, mengabaikannya, itupun dengan menyadari bahwa di belakang penawaran itu, sudah ngantri penawaran-penawaran berikutnya, yang juga siap Kita lewatkan, semacam #AahSudahlah. Seperti pandemi dan seminar atau kelas daring. Awalnya sih antusias, seru dan seneng ya banyak kelas aneka topik panas, tapi kemudian lama lama, ya eneg juga. Dampak dari segala hal yang dosisnya berlebihan.

Bagaimana dengan situasi dan kondisi saat menyaring trik pemasaran. Nyadar kan, bahwa saat ini, yang namanya trik pemasaran itu banyak banget? Sebagai pemasar, Saya pun mengaku turut berperan dalam hal ini. Menerapkan trik, menurut Saya bukanlah sikap mental yang tepat. Secara sadar menerapkan trik, artinya secara sadar pula Saya merasa lebih unggul, lebih jago, lebih hebat, lebih superior, lebih pinter dari prospek pasar atau konsumen yang Saya sasar. Sebuah sikap mental yang kurang tepat jika tujuannya adalah membangun hubungan mendalam jangka panjang, hubungan yang otentik. Prospek dan konsumen, juga tak kalah pinter, daripada menempatkan mereka sebagai objek, justru mereka adalah subjek yang proaktif.

Apa dampak dari gelombang banjir trik? Jelas, rasa was was! Kita tak lagi jadi polos dan los dalam mencerna penawaran. Bukannya tertarik, adanya malah waspada. Bukannya penasaran, adanya malah curiga. Kenapa terjadi? Karena prospek dan konsumen, terlalu sering diakali, diapusi, jadinya, malah kapok, malas diajak lagi. Tuh kan? Jadi malah jelek dampaknya. Gara gara tujuan instan, mengorbankan kepercayaan jangka panjang, apa memang begitu tujuannya?

Setelah nyerocos ceriwis, timur ke barat, selatan ke utara, kemudian, Saya mikir, hla apa hubungannya ya penjelasan Saya pada Mbak Dian? Ini sebenarnya Mbak Dian yang perlu penjelasan, atau Saya yang perlu menumpahkan isi pemikiran? Nggak jelas juga akhirnya, ya sudah, yang penting telepon diakhiri dengan wassalamualaikum.

Comments (0)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Go Top