Ada satu momen, Saya mendapatkan pekerjaan dari sebuah brand baju anak. Model bisnisnya menarik, karena brand ini menyediakan baju anak untuk segmen konsumen usia 4 tahun hingga 14 tahun. Pertama kali Saya datang untuk mengagendakan sesi meeting bimbingan dan pendampingan, lokasinya adalah sebuah pabrik di kawasan Bandulan, Kota Malang, dengan gerbang pintu geser tinggi besar, dengan sambutan ramah dari petugas security.
\”Ada keperluan apa Bapak?\” Tanya petugas security dengan ekspresi wajah yang ramah.
\”Ada janji pertemuan dengan Bu Lydia\” Jawab Saya seketika.
Saya dipersilakan masuk, segera parkir sesuai arah garis, dan menunggu di lobi, dengan disambut oleh resepsionis. Ruang meetingnya lumayan dingin menggigil, dengan formasi \”U\” shape menghadap screen proyektor, dilengkapi whiteboard kaca di sebelah kiri ruangan.
Saat Kami dilibatkan dalam proses mengarsiteki team digital marketingnya, brand ini sudah berusia 32 tahun, wow! Singkat, padat, luar biasa, karena bicara 32 tahun, periode yang mampu menandingi palingan cuma masa berkuasa Presiden Soeharto dengan rezim orde baru.
Nama brand nya adalah : Twist Kids, yang punya jaringan distribusi kuat, karena secara offline, tersedia dan dapat dibeli di seluruh gerai ritel Matahari department store yang jumlahnya ada lebih dari 140 an tempat di Indonesia.
Bicara kalender belanja, maka studi kasus di Twist Kids adalah sebuah situasi yang menarik. Pola belanja di Twist Kids, ada istilah user, ada istilah konsumen. Kenapa berbeda, karena benar usernya adalah sang anak, yang berada di rentang usia 4 sampai 14 tahun, namun konsumen penentu jadi tidaknya transaksi adalah ibunya, Sang penguasa rumah selaku avatar pengendali anggaran belanja. Maka di Twist Kids, pola yang dijalankan adalah pola Mom and Kids.
Siapa nama Moms nya, siapa nama Kids nya?
Kapan ulang tahun Moms, kapan ulang tahun Kids?
Moms yang ini, punya berapa Kids? Siapa saja, masing-masing ulang tahun Kids nya berapa?
Kids yang ini, tahun lalu usia berapa? Tahun ini usia berapa? Tahun depan usia berapa?
Dengan pemahaman formulasi sederhana tersebut, maka jika Twist Kids punya anggap saja 1200 data konsumen, maka per bulan ada 100 yang ulang tahun, berarti sehari ada 3 sampai 4 yang ulang tahun.
Kenapa ulang tahun penting? Karena ulang tahun jadi momen bagi Kids untuk mendapatkan hadiah dari Moms. Maka ulang tahun akan menjadi reason to buy yang dapat diprediksi dan diproyeksi. Hmmm…., jadi muncul ide, bagaimana di bisnis F&B? Apakah juga bisa diolah idenya untuk jadi kalender belanja yang dapat diprediksi dan diproyeksi?
Kasus Mom & Kids juga bisa jadi semakin menarik saat mengingat rentang angka usia target user yang disasar. Masih ingat kan ukuran baju anak Twist Kids di usia berapa? Yes, di usia 4 sampai 14 tahun. Jadi misal ada Kids yang dibelikan baju di usia 4 tahun, maka potensinya untuk diikat dan dirawat jadi pelanggannya Twist Kids, sampai 10 tahun ke depan, bisa jadi cuan cuan cuan cuan cuan cuan cuan cuan cuan cuan, udah 10 kali belum Saya nulis cuan nya?
Belum lagi saat Twist Kids tahu betul, bahwa selain saat ulang tahun, momen lebaran, liburan, dan akhir tahun, adalah dorongan lebih untuk perilaku baju baru, alhamdulillah.
Punya kalender belanja itu menyenangkan dan menenangkan lho bagi pimpinan dan jajaran, karena jadi memiliki kendali lebih atas apa yang akan dan mungkin terjadi di periode kerja berikutnya. Memang masa depan itu tidak pasti, namun dengan perencanaan, masa depan tidak se random itu.
Data konsumen memang penting, selain bisa jadi kalender belanja, juga bisa bikin omzet jadi berlipat ganda.
Caranya bagaimana?
PT Fortuna iMARKS Trans
Konsultan Marketing
www.imarks.co.id
www.instagram.com/imarks.id