1. Curam Mendalam

Sarapan pagi itu milih di tepian kolam renang Bogor Icon Hotel. Suasana relatif sepi, karena pertemuan ini terjadi ketika masih pandemi. Saya berangkat bareng Sam Heri, rekan se angkatan saat BootCamp Social Innovation Acceleration Program (SIAP) oleh British Council.

Kami kebetulan dikumpulkan dalam satu kelompok, penyusunan modul 5 yang membahas mengenai aspek ekonomi dan pemasaran. Latar belakang Sam Heri sebagai Manajer Proyek untuk program program pemberdayaan dengan melibatkan organisasi nirlaba internasional, dianggap cocok ditandemkan dengan Saya yang termasuk praktisi jalanan.

Hari sebelumnya, Saya dan Sam Heri diskusi seru sampai pukul 23:00, secara kerangka, konsep sudah jadi, utuh menyeluruh. Tapi pagi itu Sam Heri membuka percakapan dengan sebuah tanya. Sam Faizal, ini modul, kan nantinya bukan Kita yang menyampaikan, sangat mungkin, fasilitatornya punya latar belakang dan lingkup pengalaman yang berbeda dengan Kita, apa nggak kelincipen (terlalu lancip) ya isi dari modul yang Kita buat?

Sontak, tanya tersebut memicu reaksi logika Saya, maksudnya, bener juga apa yang disampaikan Sam Heri. Pengamatan dari penyusunan modul kemarin, kelompok 5 dimana Saya dan Sam Heri berada, termasuk cepat dalam pengerjaan. Kenapa begitu? Karena Saya dan Sam Heri ngegass selaras. Kami sama sama memiliki pengalaman jadi Bang Toyib yang Djarum Super alias Djarang di Rumah, Suka Pergi. Pekerjaan menuntut Kami menjalani mobilitas lintas kota, lintas propinsi, lintas pulau. Kami sama-sama nyambung ketika membahas kota kota di Indonesia yang pernah Kami pijak, cuman bedanya Saya banyak main di tengah cenderung ke barat, Sam Heri banyak main di tengah, cenderung ke timur.

Asumsi bahwa modul yang Kami buat, kelincipen, jelas 100% benar, karena Kami bikin modulnya sesuai dengan pijakan kaki dan olahan kepala Kami. Hal ini akan menjadi masalah, ketika modul mengenai pemasaran ini nantinya dicerna oleh orang yang awam perihal pemasaran. Masalah akan lebih rumit lagi, ketika mengkondisikan ada orang lain yang yang perlu menyampaikan ulang modul ini, wuaduh, jelas sang fasilitator akan kesulitan memahami dan langsung mengernyitkan dahi, ini maksudnya apa?

Takut kualat karena meresahkan dan menyusahkan orang lain, Saya pun kemudian barengan Sam Heri berupaya menarik mundur beberapa proses pemikiran. Menata susun ulang beberapa konsep pemikiran mengenai pemasaran ini. Melakukan penyederhanaan penyederhanaan, seperti dokter yang melakukan sebuah kalkulasi ilmiah, di dosis berapa sebuah resep obat akan diberikan. Tujuannya jelas, mengupayakan kesembuhan, bukan malah bikin pasien yang dirawat mabuk, teler, karena kelebihan dosis. Kami tidak mau itu terjadi.

Menggali pemasaran lebih curam dan dalam, adalah naluri dari praktisi seperti Saya dan Sam Heri. Namun yang perlu diingat adalah, kembali, tujuannya apa? Kalau tujuannya untuk menunjukkan kepakaran, maka akan tepat, intinya semakin takjub yang membaca, semakin hebat yang menulis, meski ternyata kemudian, lapis demi lapis pemahaman, tidak banyak faedahnya dalam penerapan nyata.

Ini yang menjadi keresahan Saya. Jangan jangan terlalu ndakik, melip, canggih menjurus ngerih, tapi nggak banyak dapat diterapkan, apalagi menjadikan kemanfaatan nyata bagi yang turut mempelajarinya. Bagus buat keren kerenan, tapi nggak lekat dengan keseharian, nggak banyak manfaat praktis dalam kehidupan, cuman buat kasih makan ego, dan ekstasi bagi diri sendiri. Dasar Aku!

Saya jadi ingat pembahasan mengenai perbedaan terlaksana dan dampak dari sebuah acara. Kalau bicara terlaksana, asal ada daftar hadir, dan dokumentasi, maka dapat dipastikan, acara terlaksana. Namun kalau pertanyaannya adalah, apa dampak dari terlaksananya acara? Maka ukuran dan penilaiannya jadi berbeda. Saya berharapnya sama, bagaimana Buku : Marketing Aja! Ini tidak cuma mencapai level terlaksana, bukunya jadi dan ada, namun Saya dorong sekuat tenaga, menyentuh tingkatan berdampak, ada perbedaan hasil yang diperoleh, memberikan perubahan konkret, menentukan jalan nasib. Lebay ya? Harus begitu katanya, kalau idemu ditertawakan, maka dari situlah sumber energi berlimpah untuk membuktikan. Pada siapa? Diri sendirilah… 😇

Dari Buku #MarketingAja

Salam Pertumbuhan!

Faizal Alfa

Direktur PT Fortuna iMARKS Trans

www.imarks.co.id

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X
Subscribe to get 15% discount