Ada satu momen Saya diajak ikut menginterview kandidat tim Digital Marketing untuk sebuah brand hijab berskala nasional. HRD nya minta tolong dan menyampaikan, bahwa owner request agar interview melibatkan Saya, karena nantinya personil tersebut juga akan bekerja dalam koordinasi Saya.

Posisi yang lowong adalah admin media sosial alias mimin medsos.

Terdengar seperti posisi sepele dan remeh temeh ya. Ah, cuma jadi adminnya media sosial, postang-posting, bolas bales komen, dan cek respon DM kalau ada pesan masuk. Semua juga bisa kalau pekerjaannya itu doang, asal bisa hapean, bisa ngerjakan, disambi juga beres.

Namun, dalam interview itu, Saya memilih untuk memperdalam percakapan dengan studi kasus.

Saya tanya pada sang kandidat :

Kamu dapat tugas menambah 1.000 followers instagram dalam waktu 1 bulan, apa yang akan Kamu lakukan, cara apa yang akan Kamu pilih dan gunakan?

Hmm…….

Bayangkan jika Anda berada pada posisi yang sama, diberikan pertanyaan yang sama, akan memilih menjawab bagaimana?

Sesuai tebakan, jawaban yang disampaikan adalah jawaban normatif, yakni jawaban aman, jawaban jalur tengah, dan jawaban yang bias, semacam :

  • Kita akan membuat konten yang menarik
  • Kita akan membuat konten yang memancing interaksi
  • Kita akan iklankan di IG ads/ Meta ads

Lalu, Saya perdalam pertanyaan :

Yakin bisa ada dampak penambahan 1.000 followers dalam 1 bulan?

Dan…..

Seketika hening, seperti suasana peserta upacara saat sesi mengheningkan cipta….

Karena bagi manajemen, hal hal yang normatif, bias, dan intangible semacam itu, susah dicerna, dan tentu saja, susah diukur, apakah secara proses dan upaya, sudah optimal?

Mungkin lebih mudah dipahami kalau jawabannya :

Kita perlu bikin giveaway di akun luar Pak, di akun media partner yang followersnya adalah segmen konsumen yang Kita sasar. Nah, dalam 1 pelaksanaan giveaway, bisa ada potensi menambah 100 followers, yang otomatis mengenalkan brand Kita, karena ada syarat follow akun Kita. Jadi, kalau Kita perlu penambahan 1.000 followers, maka Kita perlu atur dalam sebulan itu, Kita lakukan 10 x giveaway.

Saya kritisi kan, apa followersnya asli dan aktif? Kalau model begitu, kenapa nggak beli followers aja?

Hmmm, dijawab, kalau beli followers, percuma Pak, karena followersnya random dan risiko followers pasif, percuma Pak, cuma nambah angka doang, nggak nambah potensi. Ntar followersnya akun akun dari IPB, alias India, Pakistan, Bangladesh, Kita kenal aja enggak, apalagi prospek beli….

Aaah….., owner, manajemen, syukak syekali jawaban runtut semacam ini, mudah mengena, mudah dicerna.

Eh…..

Giveawaynya kenapa di akun luar ya?

Kenapa nggak di akun Kita sendiri?

Hmmm…..,

Ada yang tau alasan dan penjelasannya?

Atau, sebaiknya Kita bahas di tulisan berikutnya?

Faizal Alfa
Direktur PT Fortuna iMARKS Trans
Konsultan Digital Marketing Tersertifikasi BNSP

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Go Top