Dewasa ini bisnis kuliner memang menjadi salah satu alternatif bisnis yang sangat menjanjikan, didukung dengan data dari Bekraf bahwasannya sub sektor bisnis kuliner ini berhasil menyumbang 30% pendapatan sektor pariwisata dan bisnis. Semakin menjamurnya bisnis kuliner ini membuat persaingan semakin ketat. Perilaku yang ada di Kota Malang contohnya, setiap 3 bulan sekali bakalan ada buka 1 outlet kuliner, entah ini makanan maupun minuman. Semakin banyaknya pemain kuliner ini, maka semakin kecil pula market share yang didapat.

Bertumbuhnya bisnis- bisnis kuliner yang baru ini menjadi ajang persaingan yang sangat ketat. Ada yang berhasil survive dan bertahan untuk waktu yang lama, namun ada juga baru buka tapi 3 bulan berjalan sudah tutup permanen, ngerih sekali persaingan disini kawan, Malang Keras Sam, itu salah satu kata yang sering muncul dari para supporter club bola terbesar di Malang ini. Fenomena 3 Bulanan membuat saya dan teman- teman tergerak untuk melakukan observasi/ pengamatan terhadap outlet- outlet baru yang buka disekitar kantor.

Salah satu sektor yang kami observasi adalah Resto Ayam Goreng/ Geprek dan Kedai Kopi yang dimana sedang hits pada waktu ini. Awalnya kami listing beberapa nama yang menjadi target observasi, kemudian kami melakukan pemantauan selama hampir kurang lebih 3 – 4 bulan dengan menggunakan teori titik pantau 6 point marketing. Dan hasilnya memang ada yang bertahan sampai 3 bulan, 4 bulan bahkan ada yang baru mencapai umur 6 bulan sudah tutup permanent. Ada yang ramai di 2 bulan awal aja terus kehilangan market, karena kompetitor sebelah buka dengan menawarkan konsep dan benefit yang lebih menarik.

Dari hasil observasi ini memang faktor yang menjadi pain point dari temen- temen yang hanya buka sampai umur 3 bulan saja ada 2 faktor yaitu pada CCA , campaign – content – activation saat pertama buka dan produk/ benefit. Fungsi dari CCA sendiri di awal adalah sebagai pemicu awereness market akan kehadiran bisnis. Toh kalo kita datang ke tempat baru, biar orang pada tau akan kehadiran kita, ya harus kenalan dulu, kurang lebih seperti itu penggambaran CCA. Faktor kedua pada produk/ benefit yang diberikan kepada konsumen. Ini juga menjadi titik pantau apakah konsumen bisa kembali atau tidak. Produk harus bisa bikin orang kembali , benefit yang ditawarkan berbading lurus dengan harga yang ditawarkan. Banyak dari para pemain bisnis overconffident dengan benefit yang ditawarkan sehingga memberi harga yang kurang wajar padahal hasilnya zonk, dan banyak pula yang bermain dengan merusak harga pasaran.

Dua faktor diatas yang menurut kami menjadi salah satu pemicu yang bikin umur bisnis kuliner bisa sangat pendek.

Sekian
Nicholas Ryan

PT Fortuna iMARKS Trans

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Go Top